jejak langkah

Selasa, 06 Maret 2012

Fans

Mas Faris ada telepon!” teriak Eva keras-keras. Faris belum juga keluar dari kamarnya. Dia lagi konsen untuk belajar. Besok untuk belajar. Besok ada ujian masuk sekolah tinggi Broadcasting. Cadangan, kalau-kalu nanti SPMB tidak lulus. ”mas fariiiiiis!” untuk kesekian kalinya Eva berteriak. Kali ini sudah bercampur jengkel. Faris segera nongol dari balik pintu demi mendengar lengkingan suara Eva. Eva masiih menunggunya dengan gagang telepon masih ada di genggaman. ”nih! Dari amalia.” Eva menyerahkan gagang telepon. Faris mengerutkan kening. Amalia? Dia lagi?prasaan semalem sudah tuga kali dia telepon.” “ya tidak tahu. Penggemar kali.” Eva bicara asal. ”penggemar...emang gue cowok cakep apaan?”bantah Faris. Eva hanya angkat bahu dan berlalu. Faris baru menyapa orang yang meneleponnya. Amalia anak kelas dua SMU sahabat. Faris belum pernah bertemu langsung dengan orangnya. Tapi kata amalia, dia pernah melihat Faris. Amalia jadi sering menelepon Faris sejak acara JAYUS edisi cinta dan pacaran. Amalia ternmasuk salah seorang ABG yang ikut curhat diacara itu. Tapi karena waktu tudak cukup, terpaksa Faris menjajikan untuk dijawab diluar acara. Sebenarnya untuk urusan janji menjawab itu Faris sudah tunaikan. Tapi justru karena jawabannya itulah Faris jadi meleh sering ditelepon amalia. Kata amalia Faris cukup cerrdas untuk menjawab maslah-masalah nya. Malahan dia ngelamar Faris untuk jadi kakak segala. ( untung tidak dilamar jadi pacar hi hi hi....bisa berabe tuh!). waktu itu Faris tidakberpikir panjang. Faris bilang iya pada amalia. Tapi kok akhirnya jadi begini yah? Amalia menelpon sehari bisa empat sampai lima kali. Belum lagi sms nya yang di embel-embeli pake ”bales ya kak!” mmm... masa pulsa habis buat dia semua? Dahsyat man! Pusiiiing!padahal isinya kadang tidak jelas. Kadang Cuma ngobrol ngalor-ngidul tak tentu arah. Amalia terus berbicara tentang dirinya. Faris hanya mendengarkan. Sesekali komentar kalau diminta. Dan itu bisa menghabiskan waktu minimal lima belas menit. Bahkan pernah sampai satu jam. Emang enak jadi kambing congk terus. Faris males juga kalau begitu. Bukan apa-apa kakak sih kakak. Tapi si Eva yang ’ajaib’ saja tidak sampai segitunya kalau curhat. Lagian amalia itu siapa?bukan muhrim, akhwat lagi. Bisa-bisa timbul fitnah. Bisa gawat nih! Faris tidak terlalu memperhatikan pembcaraan amalia ditelepon saat ini. Yang ada diotak Faris adlah bagaimana agar amalia jangan keseringan telepon kerumahnya. Malu juga sama Ummi, mas hafid juga Eva. Selama ini kan Faris yang paling kenceng mengkampanyekan anti pacaran sebelum nikah. Tapi kalau kasusunya kayak gini, bisa-bisa ada kesan yang tidak baik. Betul gak? ”gimana mas Faris. Mau tidak?nanti besok aku kestudio Jivo ya. Boleh ya. Masa sih kakak tidak mau ketemu sama adiknya? Jahat banget.”pinta amalia. Faris masih diam. Memikirkan alasan agar rencana amalia gagal. Tapi terlambat. Saat Faris akan berkata tidak amalia sudah berpamitan dan menutup telepon. ”ris, ada tamu tuh nunggu kamu dari tadi.” neti memberi tahu. Wajah juteknya masih saja tidak berubah dari dulu.Pandu memandang heran pada Faris. ”emang kamu janjian sama siapa lagi disini? ”Pandu mentap Faris. Faris geleng-geleng kepala. ”aku tidak janji sama siapa-siapa tuh.” Keduanya segera memasuki uang tamu JIVO FM. Ada seorang gadis remaja memakai jilbab duduk sambil asyik membuka-buka majalah yang ada di meja studio. Demi mlihat frais gadis itu langsung tersenyum ramah. ”mas Faris datang juga akhirnya. Lia dah lama nunggu lho! “sapa gadis itu menyapa Faris seolah mereka sudah sering bertemu diwaktu-waktu sebelumnya. Tapi Faris malah jadi kaku sendiri. Entah terpesona entah merasa tidak enak. Soalnya ternya amalia itui imut juga(item mutlak maksudnya, hus!) “wah sejak kapan kamu punya janji sama akhwat mencrengn begini ris”celetuk Pandu asal, demi melihat amalia yang emang cantik.jitakan Faris langsung mendarat dikepala Pandu. Pandu memekik kesakitan. “hus!aku lagi dapat cobaan gini!”bisik Faris. “iya deh, maaf!cobaan apa mau coba-coba...hehehe. tapi cepet sana tuh temuin!masa mau dicuekin terus. tidak sopan. rezekimu kali ris he he.” “mas Faris dan mas Pandu apa kabar?”amalia menyapa ramah. “baik!”Faris dan Pandu menjawab bersamaan. acara JAYUS masih setengah jam. sebelum i9tu Faris dan Pandu dan Faris akhirnya menemani amalia walau tidak tahu arah dan tujuan pembicaraan. akhirnya setengah jam yang biasanya dipakai untuk persiapan acara kini habis untuk menemani seorang amalia. Faris dan Pandu agak bingung campur jengkel juga pas masuk acara. tapi amalia tidak merasa mengganggu tuh! dia sih nyantai saja. mas Faris dan mas Pandu kan baik. selalu senyum ramah dan baik hati. cerdas lagi. itu yang ada dipikiran amalia. “mas fariiiis ada telpoooon!” lagi-lagi teriakan Eva memenuhi seluruh pelosok rumah. Faris langsung nongol. “dari siapa?” tanya Faris takut sendiri. kalau dari penggemar fanatiknya, wah bisa berabe. lagi banayk kerjaan. “dari dini!” jawab Eva. tangannya sudah m enyodorkan gagang telpon. “dari dini? dini yang mana ya?” Faris heran seniri. “yaaa tidak tahu.”dengan cuaek akhirnya Eva meninggalkan gagang telpon itu diatas meja. Faris buru-buru mengambilnya. selanjutnya beberapa menit telah habis untuk acara menerima telpon. Faris menarik nafas dalam-dalam. masalah dengan amalia belum juga selesai. ririn barumemulai aksinya. nah, sekarang ada pendatang baru, Dini. alamaaaak. dulu sih tidak kebayang bakalan begini. kenapa hidup Faris jadi kekelilingi gadis-gadis bermasalah. dulu sih tidak terbayang! tidak kuku Ummi! Faris menyesal menyebutkan nomor telpon rumah dan hpnya diradio saat on air. hasilnya...ya jadi begini. Faris berinisiatif menelpon Pandu. Farisberharap sobatnya yang paling kental itu bisa membantu. sekian lama Faris mencoba menghubungi. sibuk terus! hingga akhirnya tersambung. “ kenapa sih telpon mu? ditelpon sibuk terus. hampir aku bosen nunggu. “ Faris langsung curhat. “sorry man. aku nih lagi pusing. “ “nah, pusing? emang kenapa lagi? Faris heran. “penyaitmu th menular!” tuduh Pandu. “ penyaikit apaan? perasaan aku tidak mengidap penyakit menular. ngawur saja kamu!” “ para fansmu nelpon-nelpon aku segala. sekarang gantian aku yang jadi sasaran curhat. “ jelas Pandu. Faris diam sesaat. wah gimana nih? yang ditelppon ternyata juga kebagian jatah. “ ris aku bingung. fitri neelpon aku terus. dia curhat mulu kerjaannya. keluarga, kaka, ini, itu. duh...gimana dong. aku tidak mengerti cara menghadapi makhluk-makhluk ajaib kaya mereka. masa waktuku habis buat melayani curhat terus. sekalian saja bukakonsultasi kalau begitu! mereka suruh bayar.” “ buka konsultasi?! baru sedikit orang saja kita sudah bingung. apalgi buka konsultasi. bisa sttress tahu! “ abis kita mau gimana lagi? mau berhenti jadi penyiar?” “enak saja!” Faris agak sewot. “ sabar ris ini kan cuma usulan. mmm...gimana kalau kita konsultasi sama uda aga. dia kan manager tim nasyid. atau sekalian saja sama tim nasyidnya. mereka kan lebih banyak fansnya. kita go kerumah uda aga saja dijombor. besok kan ada liburan hari raya. gimana?” “ide bagus!” setelah mengucap salam Faris menutup telppon. klik! uda aga tertawa keras-keras mendengar penuturan polos dari Faris dan Pandu. Faris dan Pandu saling menatap bingung. “lho da, emangnya masalah kita ini lucu yah? orang kita lagi bingung juga, malah diketawain. tidak lucu!” Faris sok ngambek. uda aga malah tanbah semangat ketawa. “makanya jadi seleb tu harus siap lahir batinbaru saja jadi seleb kelas kampung sudah pada ngeluh. gimana kalau kalian jadi seleb kelas dunia? bisa-bisa kalian mati dikejar fans beras kalian. “ uda aga masih saja terkekeh. “lho siapa yang mau jadi seleb? kita jadi penyiar kan tujuannya bukan itu. kita mau dakwah Da! bukan nyari fans.” tegas Pandu, Faris mengangguk keras-keras tanda setuju. “iya iya uda ngerti tujuan kalian yang mulia itu. nah justru karena itu seharusnya kalian itu bukan jengkel kalau ada yang nelpon kalian dan mminta pendapat ini itu sama kalian. itu kan kesempatan berdakwah pada mereka.” jelas uda aga. ” tapi da, kalau kelaukanya kaya mereka yang nelpon lama-lama, terusngajak ketemuan, itusemua kan bisa bikin fitnah gede-gedean. disangkanya kita sama saja kaya orang lain. nyari popularitas, nyari penggemar sebanyak-banyaknya. itu semua bukan tujuan kita da.” kali ini Faris yang protes. “iya aku ngerti maksud kalian. tapi coba pikir-pikir sebentar deh! selama ini seolah olah yang jadi fans kalian yang salah. kalian menuntut mereka mengerti apa yang ada didalam otak kalian. ya tidak bisa! dalam dunia hiburan apalgai yang melibatkan media massa, yang namanya populer itu mesti. apalagi kalau memang yang dipublikasikan menarik. tali kali ye? he..itu sudah konsekwensi ris, pan. dan perlu kalian tahu, yang dengar kalian itu tidak satu enis orang saja. anak rohis misalnya, yang sudah tahu dan mengertibagaimana menjaga hubungan dengan lawan jenis. it’s more then anak rohis,man. but every body can heear you.” “jadi ceritanya kita yang salah nih, mau jadi penyiar?” Faris belum mengerti juga. sedang Pandu mengangguk-angguk. soalnya sedang ngantuk. hih dasar! “ bukan begitu ris. maksud uda, wajarlah kalau ada orang-orang yang istilahnya ngefans sama kamu. itu artinya kalian memang punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. makanya orang pada suka. jadi seharusnya kalian berusaha memanfaatkan kelebiihan itu untuk memberikan manfaat bagi orang lain. dengan kapasitasmu yang pengennya jadi da’i, harusnya kalian menegerti posisi merek aynag belum mengerti soal agama. nah, tapi bukan bwrarti kalian melayani keinginan mereka semau-maunya. tidak begitu. kalian harus tegas dan jujur dengan apa yang menjadi idealisme kalian. yaitu islam. itu yang menjadi uuran, Panduan dan petunjukdalam melakukan semua tindakan. sekarang yang perlu kalian lakukan adalah introspeksi diri, apa kalian ini benar-benar sudah melakukan sesuatu yang sesuai dengan idealisme kalian sebagai seorang da’i?” “Hhmmm...iya juga ssih, da. kesannya selama ini kita malah menyalahkan mereka. padahal kalau dipikir, secara jujur terkadang kita juga yang kurang tegas. suka jaim alias jaga image, ada perasaan tidak tega dalam menghadapi ‘teror’ mereka. kadang juga kita udahmemfitnah mereka duluan. bahwa mereka itu’suka’ sama kita. padahal ya belum tentu juga. alias ge-er! seringnya da prasangka sih dalam hati. bawaannya yang keluar cuma emosi. tidak ada ikhlas-ikhlasnya.”Pandu mengakui dengan jujur. “makanya yang harus kalian tanamkan dalam hati kalian sebagai calon publik figur yangbakaln dihubungi banyak orang adalah, bersikap positif thinking pada siapapun. termasuk fans-fansmu itu. mungkin saja sebenarnya mereka adalah orang-orang butuh pertolongan kalian. butuh figur yangbisa lebiuhmengarahkan mereka kearah yanglebih baik. jadi berusahalahmenolong meeka semampukalian. bukan membencinya ataumerasa jengkel pada mereka. manfaatkan kepoppuleran kalian untuk berdakwah. bagaimana menrutmu ris?” uda aga bertanya pada Faris yangseari tadi hanya khusyuk mendengarkan petuah uda aga. “agak mirip-mirip sih sama Pandu. yang jelas keikhlasan itu mugkin yang perlu dipertebal lagi. disat kita dibutuhkan orang lain, tak selayaknya kita merasa jengkel atau terganggu. yang perlu kita lakukan adalah menolongnya semampu kita. dan tetep ikhlas. tul tidak?” Faris melirik Pandu. “nah sekarang kalian tahu sendiri jawabanny.”uda aga menepuk bahu Faris dan Pandu. keduanya nyegir sedikit lega. “Hmmm Faris, sok bijak kamu!” Pandu nyengir tidak percaya ucapan Faris. “emang kenyataannya bijak kan?” ujar Faris percaya diri. Pandu hampir mau muntah mendengar itu. pembicaraan pun mengalir kearah lain, ke hal-hal yang lebih santai. masalah memang belum selesai. tapi setidaknya ada pikiran lain. pikiran baru tentang fans beras Faris dan Pandu. pikiran yang lebih positif untuk memanusiakan mereka sebagia manusia yang mungkin butuh pertolongan. pertolongan berupa menunjukkan betapa seorang muslim itu harus punya pribadi yang indah. lembut, ramah, penolong tapi juga tegas dan bertanggungjawab. deuuu!apaan tuh! doakan kami yaaaa!(dih benteng takeshi banget!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar