jejak langkah

Selasa, 06 Maret 2012

FARIS VS ABAH

Seharusnya keberhasilan Pandu merupakan saat-saat yang paling membahagiakan. Apalagi acara JAYUS akhurnya telah disetujui secara utuh untuk disiarkan. Bahkan Faris dan Pandu sudah mwncoba berduet. Hasilnya lumayan . tapi kenyataannya Faris sekarang sedang kesal berat. Gara-gara acara itu dan kesibukannya yang sekarang, Abah mulai mencium kecurigan pada Faris. Abah bertanya kesibukan Faris diakhir-akhir ini. ”Abah dengar dari seorang anak teman Abah, kamu sering main ke JIVO FM. Ada apa?”” tanya Abah suatu pagi. Saat itu Faris lanhgsung pucat. Soalnya selama ini dia masih merahasiakan kegiatanny aitu dari Abah. Maklum Abah pengennya kan Faris jadi penerusnya. Jadi ustad pengajian dan bisa menimba ilmu ke mesir sana. Setelah mencari kata-kata yang palig tepat akhirnya Farispun bicara. ”Faris lagi belajar, bah. Kebetulan ada acara bagus yang berhubungan dengan pelajaran sekolah. Lumayan bisa menambah wawasan, bah.” ”memangnya belajar dirumah tidak bisa?” sorot mata Abah tajam memandang Faris dengan rasa heran.Faris mengkerut.” rapi bah, belajar disana lebih enak. Faris bisa sambil belajar siaran, bah. Mmm, soalnya fariis mau Apa kamu mau jadi penyiar?apa untungnya? Abah kan sudah bilang,Abah hanya kamu bisa meneruskan kerjaan Abah sekarang. Mengurusi umat. Malah jadi penyiar. tidak bisa! Yakinkan ortumu dengan pilihan itu.tentu saja dengan cara yang baik, and kamu juga harus konsekuen dengan pilihanmu. Kamu harus bisa mempertnggunjawabkan apa yang kamu pilih, mengerti?” Abah kelihatan marah. Faris tambah mengkerut lagi. Ummi yang sedang mempersiapkan sarapan hanya mentapa bingung menyaksikan adegan Abah dan Faris. Eva cengar-cengir. Senang, semua sudah kena giliran semprotan Abah yang dahsyat. Mas hafid yang barusan habis mandi malah ikutan nyengir. Soalnya dia itu pernah dibegitukan sama Abah. Dulu waktu dia menoak dipesantrenkan. Jadi mas hafid tidak berpniat unuk membela apalagi menolong. Soalnya itu itung-itung latihan buat Faris, pikirnya. Dih kejam banget punya kakak kayak gitu. Sabar ya ris. ”tidak! Jawab Abah tegas.”kamu tdak boleh masuk jurusan broadcasting.!”. wajah Farismengkerut. Dimainkannya beberapa brosur universitas terkenal diyogykarta. ”tapi bah, Faris pengen jadi penyiar. Kan jadi penyiar bisa sambil dakwah!”Faris mengiba. Wajah imutnya benar-benar memelas. ”dengar Faris, jangan buat Abah kecewa untuk yang kedua kalinya! Abah sudah cukup kecewa dengan kakamu. Abah ingin ada anak Abah yang meneruskan cita-cita Abah. Abah ingin kamu relajar di mesir. Di Al azhar seperti Abah. Nah, ini kamu malah aneh-aneh mau jadi penyiar. Sudah, pkoknya kalau kamu ingin sekolah ditempat yang lain, kamu cari saja biaya sendiri. Tidak usah minta ke Abah!”. Tegas Abah tanpa ampĆ³n. Mas hafid yang dirinya sedang diungkit-ungkit sama Abah dengan hati-hati kabur lewat pintu samping garasi. Takut ikutan kena semprot kali. “yang sabar ya ris,anggap itu ujian mental dari Abah. Abah tidak bakalan nerkam kamu kok. Paling juga nanti nurutin kemauan kamu. Pokoknya aku dukung kamu lewat do’aku ini hehe..dadah Faris. Aku cabut dulu. ” hafid nyengir sendiri digarasi. Saat itu tba-tiba Eva muncul. ”mas hafid kok cengar-cengr sendiri. Stress ya dengar Abah marah? “Eva brtanya keheranan. “ enak saja kamu! Masa masmu yang ganteng ini stress. Kasian yang ngantri jadi calon istri dong!hehe. ” siapa bilang punya mas stress itu enak? Malah malu tauk!” ” iya ding.dikku yang satu ini mang cerdas kayaka masnya yang paling ganteng ini,”Hafid menunjuk dirinnya sendiri.Eva langsung buang muka(eman mukanya ada berapa, bisa dibuang?) Sementara didalam rumah, Faris masih belum mengakhiri prseteruannya dengan Abah. ”ayo berangkat, biar aku antar kamu kesekolah,”ajak hafid pada Eva. ”keburu kebagian marah sama Abah. Tuh engar, Faris masih dimarahin.” hafid dan Eva segera melarikan diri dari garasi. Tak ada acara pamit pada Abah. ”memang benar Faris saat iru maih mati-matian memerjuangkan keinginannya. ” tapi bah, kenapa Faris?kan Faris juga pengen punya cita-cita sendiri bah. Kalu mas hafid bisa menentukan keinginannya sendiri mengapa Faris tidak boleh?itu tidak adil bah. Faris tidak mau! Pekik Faris. Teganya ...teganya...teganya..., dumel Faris dalam hati ( dangdut banget!) ” ah, terserah apa maumu! Sharusnya kamu bisa memberi contoh pada adekmu. Tapi ya sudah, terserah kamu.” Abah terlihat sangat kecewa. Ia segera pergi keruang kerjanya, meninggalkan Faris sendirian diruang tengah. Mungkin Abah pusing, soalnya semua anaknya ngeyelan. Hafid anakpertamanya malah mlih jadi seniman iklan. Ia milih kuliah di advertising. Kini malh Faris kuliah di broadcasting. Cita-citanya jadi penyiar. Si bontot Eva sudah terlihat bakat badung dan lnyentriknya. Abah munglin bingung, dia kan ustad. Sedang Faris masih diam ditempat. Air mata Faris merembes disudut-sudut mata. Cita-cita yang tengah disusun. Seperrtinya akan hancur brantakan. Permohonannya pada Abah tak terkabulkan. Jam dinding menunjuk pada angka jam tujuh lebih sepuluh menit. Faris melangkahkan kaki kedalam kamar dengan malas. Faris segera berganti pakaian. Bete dirumah terus! Rumah Pandu jam 9 pagi Kenapa kamu ris, sejak datang wajahmu berlipat-lipat gitu. Belon disterika ya?” Pandu menyelidik. Yang ditanya hanya chu_x beybeh. Tak ada respon. Pandu jengkel juga.ditepuknya bahu Faris yang masih tetep manyun. Wey,manyn mulu1 juelek tau!emang enak dikacangin?kacang mah mahal tauk! Faris baru sadar kalau telah membuat sobatnya jengkel. Mulut bimolinya kini mulai mengendor. ”sorry pan, aku lagi bener-bener bete, nih. Betul-betul tertekan!” Faris menjelaskan. ” emang kenpa? Berantem sama kakakmu? Atau sama adikmu?tanya Pandu. Yang ditanya Cuma menggelengkan kepala. ”Hmmm...pasti tidak dkasih uang jajan!” celeuk Pandu lagi, sok tahu. ” ah, tidak mungkin...mmmm atau pengen nikh ya...? ha yo... ngaku!kecil-kecil jadi manten nih. Wih pernikahan dini dong. Sipa calonnya?” Pandu terus berkicau. Tapi yang diajak bicara tidak jug merespon. Sepi. Padahal padu sudah stengah mati menarik perhatian sahabatnya. Faris malah tambah ete. ( emang enk dikacangin dua kali ihihi...) ”eh, ris kenapa sih?kalau ada masalah ngomong dong sama aku.! Siapa tahu aku bisa bantu.”akhirnya setelah Pandu memelas putus asa, Faris baru memberi respon. Parah!kayaknya aku tidak bisa bareng sama kamu lagi, Du. Perjuangan kita bisa gagal total. Aku baru saja dimarahi Abah. Aku tidak boleh ambil jurusan broadcasting. Apalagi saat aku jelaskan kalau aku ingin jadi penyiar. Abah bukan tidak setuju lagi. Dia sampai bilng tidak mau biayai kuliahku. Targis gak tu?aku disuruh kuliah dimesir, pan. ” Faris mengakhiri pembicaraan dengan menelan ludah. Soalnya emang lagi kehausan dan tidak ada minum. ”wah seru dong1 wih kuliah diluar negeri. Kereeeen boooo!” Pandu menatap Faris penuh antusias. Faris malah tambah lemes. ” keren panya? Itu artinya kita tidak bisa meruskan duet siaran kita, tauk! Jelas-jelas aku dilarang jadi penyiar. Makanya sejak dari awal-awal aku dah sembunyi-sembunyi jadi penyiar. aku yakin Abah tidak akan setuju. Bisa-bisa proyek kita bisa gagal semua nih. Bagaimana dengan acara kita? Padahal itu baru satu-satunya acara islmi diradio kita. Masa baru ada sudah mau hilang lagi.? Payah!payah!punya bapak ustadz ortodok banget. Masa aku tidak diberi kebebasan sama sekali. Masa aku harus kuliah persis seperti Abah. Aku kan bukan Abah! katanya aku harus meneruskan kerjan Abah sekarang. Jadi ustadz!mana bisa, aku tidak berbakat. tul gak pan?ah...Abah sih!” Faris minta dukungan. Pandu mengerutkan kening. ” hus jangan ngomong kayak gitu sama orang tua. Dosa. Iya yah, padahal yang ngajak aku jadi penyiar kan kamu. Kok jadi aneh begini? Pusing euy!Hmmmm.....sebentar....sebentar. tapi yang terpenting sekarang adalah kamu tenang dulu dan pikirkan solusi. Jangan langsung emoi gitu. Kamu ini aneh sekali sih ris. Masa mau disekolahin aja malah marahan sama Abah. Orana lain sih malah pada pengen sekolah keluar negeri. Nah ini?” ” yah kau pan, bukannya kasih dukungan kek!malah tambah nyalah-nyalahin maksudku kesini kan juga buat nyari solusi. Bukan diceramahin. Mendingan aku balik kalau begini sih!” bibir Faris kini tambah manyun lima centi lagi. Asli kalau ketahuan kayak gitu dia keliatan juelek buanget! Ups...jangan emosian! Pantes saja bapakmu marah-marah. Kamu tuh baru diomongin sedikit sudah naik darah. Gawat banget. Bisa cepet tua.! Maksudku gini ris. Kamu kan selama ini pengennya dimengerti sama orang tua kamu,.tul gak?” Pandu menatap Faris yang masih juga cemberut. Sekarang ditambah kerut kening. Tambah jelek! Makanya jadi orang gak usah sering-sering cemberut ya. Smile up dong! ”masa iya sih pan?’ Faris mulai mikir. ” perasaan selama ini aku selalu nurut apa kata ortuku. Jarang kok aku membanah perintah mereka. Kecuali kepepet. Aku kan penurut dan baik hati,’ ujar Faris serius.. uwek, perut Pandu serasa jadi mual. ” uh, sok GR kamu ris! Nurut apaan?makanya sering-sering infeksi eh, introspeksi dong! Bawaannya kamu tuh menang sendiri! Ris, sudah saatnya kita memahami ortu kita dong. Maksudku kita kan sudah gede. Dah mau lulus SMU nih. Ya, slama kita hidup didunia,sejak kita masih orok sampai sekarang sudah berapa kali sih kita beerusaha memahami ortu kita. Padahal kita selalu ingin dipahami mereka. Nah, makanya kita jangan emosian kalau menghadapi masalah sama ortu. Jangan sampe beda pendapat kita sama ortu malah jadi bikin dosa. Menyakiti hati mereka, bisa berabe tuh!apaagi katanya kamu jadi penyiar raddio itu untuk dakwah. Gimana mau dakwah kalau kita sendiri akhlaknya tidak baik sama rtu. Ironis kan?” jelas Pandu panjang lebar dan tinggi( emangnya bangun ruang). Faris masih diam. Lagi mikir kali ya? Tapi pan? Aku tak bisa mengerti untuk yang satuini. Masa sekolah aja harus ditentukan sama Abah. Maksa lagi. Itu nggak mugkin pan, emangnya Abah yang mau belajar?ini pelanggaran hak asasi manusia.!” ” iya untuk yang itu aku ngerti. Aku juga tidak mau kok dipaksa untuk kuliah ditempat yang aku rasa kurang minat. Tapi kamu haus bisa mengkomunikasikan keinginanmu pada Abah dengan baik. Istilahnya kamu jelasin visi misimu lah. Nah, ini belum juga menjeaskan dengan baik dan benar, emosinya sudah keluar duluan. Mana bis a meyakinkan ortu. Penampilan kamu saja sudah tidak meyakinkan! Yang pentig sekarang kamu pikirkan alasan kuat kamu memilih keputusanmu. Sok guru kamu, pan!” (Faris bete tapi kali ini betul-betultersentuh lho)juga diceramahain panjang lebar. Tapi ada benarnya juga sih kata-kata si Pandu. Tuh anak emang cerdas dan bijaksana. Eh malah mikirin si Pandu,lagi. Bukannya mikir tpi bagaimana baiknya menyelesaikan masalah sama Abah. Batin Faris ngoceh sendiri. ’gimana dapat dimengerti?atau mau tambahan penjelasan. Selanjutnya tarif konsultasi permenit dua ribu rupiah yah!”Pandu nyengr kuda. Puas.baru kali ini dia berhasil membuat sobatnya itu mikir. Biasanya sih susah banget. Abis dia kalahan sama Faris. Faris kan rada egois. Huu,siapa yang konsultasi sama kamu. GR!siapa suruh ngomong terus. ”Faris ketus”aku kan gak minta.!” Tung...Pandu terpukul berat. Heh Kok ada mahluk super egois plus jutek kayak gini ya?lagipula kenapa dia bisa sobatan sama makhluk aneh itu, Pandu heran sendiri. Nasib kali yah? Sabar....sabar.... Pandu gondok. Giliran dia yang cemberut Faris nyengir. ”katanya harus sabar, harus memahami.masa aru dikerjain dikit udah ngambk!gak bisa jadi konsultan dong?”Faris berusaha mencairkan suasaa.Pandu memang orangnya gampang luluh.jadi.... ”ah kamu ini ris, giiran aku yang mau marah,bisa saja mencegahnya.kalau begini kapan aku marah sama kamu?” ”katanya marah itu bikin cepet tua. Jadi mending gak usah marah kan?he..he...he...Faris tersenyum menang.pndu Cuma bisa geleng kepala.bisa saja tuh anak balikin perkataan orang. Nyesel ngasih nasehat sama Faris. ”tapi walau bagaimanapun aku tetap berterimakasih sama kamu pan.kamu emang sahabat baikku, asli. Thanks udah mau dengerin dan mau ngasih nasehat sekarang aku mau balik kita lihat perkembangannya. Moga saja Abah mau menerima alasanku. so, kita tetep bisa berjuang bersama, OK man? eh iya, lupa aku kan tamu. perasaan dari tadi aku belum dikasih minum. kejam amat! ”orang kayak gitu dibilang tamu?ambil saja sendiri. Manja!didapur ada bibi. Minta sendiri sana!”Pandu ogah-ogahan. “Masih ngambek ya?Faris terkekeh sambil berlalu kedapur”. Angin sepoy meniup jendela kamar Pandu. Diluar udara panas sekali. Suara deru motor baru saja memasuki garasi. Mama Pandu pulang bawa rujak. Sebelum pamitan Faris menghabiskan sebungkus jatah rujaknya. Pikiran sedikit ringan. Yang penting uneg-uneg dihatinya sudah keluar. Jadi dia tidak stress sendiri. Biar stressnya dibagi dua sama Pandu. Uhhh enak saja! ”Ummi ayo dong tolongin Faris. Bilangin keAbah. Rayu atau gimana kek,biar hati Abah luluh. Bantuian ya mi. Skali ini saja, pliz.mi!”Faris merengek menja. Kebiasaan jelek dihadapan Umminya muncul lagi. ”nanti kalau Ummi banyak kerjaan kantor Faris bantuin deh”. ”uhhh boong mi!jangan mau! ” sela Eva. Adik Faris yang kelas tiga SLTP itu muncul tiba-tiba. bak siluman. Seragam biru putihnya masih lengkap dengan tas anyaman pandan, jilbab mungil dan sepatu bootnya. ”husss...kamu anak kecil. Ikut-ikut nimbrung lagi.! Ini urusan orang dewasa tahu!” Faris kesal. Adik semata wayangnya itu memang sering nimbrung tanpa diminta. ”biarin! Orang Cuma kasih tahu sama Ummi kalau yang namanya Faris itu sukanya boongin orang. Wek!”Eva tidak mau kalah. ”boong apaan? Enak aja nuduh orang sembarangan!” Faris sewot. ” tuh kan, sedah dosa tidak merasa. Mana janji cokelatnya? Sudah sebulan tuh mi dia janji. Kalau tidak aku bilang semua rahasianya ke Ummi sama Abah. !” Eva mengecam. Matanya sambil melirik Ummi yamg bingung campur heran. ”rahasia? Memang ada apa kamu ris?”Ummi menatap Faris. Faris melotot kearah adiknya. Gemes. Hiih punya adik berandalan. Salah sedikit langsung nyerang. Eva cuma nyengir ngerasa menang. ” tidak kok mi. Itu sih akal-akalan sibandel saja. Dia sirik sama Faris. ” Eva hampir mau angkat bicara ketika Faris memberi kode dengan tangan. ”orang cokelat udah dibelikan juga. Tuh ada dimeja belajarku. Huh dasar!” Eva langsung kabur kekamar Faris. Sepatu boot plus kaos kakinya dibiarkan trtinggal berantakan didekat rak sepatu. Tas nyentriknya tergeletak nelangsa didekatnya. Ummi Cuma geleng-geleng kepala. Perhatiannya kembali tertuju pada Faris. ”jadi gimana mi? Tolong ya mi bilangin ke Abah. Soalnya kemarin Abah marah.Faris tidak berani mi.”Ummi terdiam sejenak. Serius! Faris menunggu reaksi. “kali ini bukannya Ummi tidak mau bantu. Ummi sudah berbicara sana Abah. Sebelim ini kamu memang kamu sudah pernah menjelaskan sama Ummi. Abahsepertinya cukup mengerti kamu. Justru Abah ingin melihat kedewasaan kamu. Kalau kamu terus megandalkan bantuan Ummi , iu tandanya kamu masih anak-anak. Belum mau menerima resiko terburuk dari cita-citamu. Bagaimana?” “yah Ummi tega banget. Kali ini saja. Yang terakhir. Lain kali kalau ada masalah sama Abah Faris selesaikan sendiri deh!” ” ris, setiap ada masalah kamu mesti kamu bilang begitu sama Ummi. Sekarang saatnya memulai menadi orang dewasa. Kamu harus mulai mencoba dekat sama Abah. Kamu harus mulai mengerti Abah.” Faris mulai menarik nafas. Kalau Ummi sudah menyatakan seperti itu, itu artinya dia memang harus berjuang sendiri. Ya, sudahlah!action must go on! Ba’da sholat isya Abah langsung keruang bacanya. Faris yamg sudah berusaha mempersiapkan mental untuk berbicara sama Abah masih juga diam . deg-degan. Ia berusaha mencari kata-kata yang pas untuk memulai. Sedang Abah malah masih anteng dengan bukunya. ”bah” Faris mendekati Abah yang masih terus membaca buku. Abah melirik. Kemudian ia meneruskan bacaannya. Faris sedikit ragu. Tapi ia harus segera bicara. Tak baik membiarkan Abah merasa marah lebih lama bisa-bisa mendapat jatah neraka dunia dan akhirat duluan. Hii ngeri!”bah” ulang Faris. Faris mau bicara. Hmmm...Faris minta maaf atas kejadian tadi siang.” ugkap Faris. ” maksud kamu””jawab Abah seperlunya. Ia masih menekuni buku ditangannya. Sabar Faris, dia kan orang tuamu. Jangan trepancing emosi, Faris menenangkan diri sendiri. Maksud Faris, Faris minta maaf sama Abah karena sudah biikan Abah marah. Abah tadisiang iini fais terdiam sejenak. Ia sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan maksudnya,. ” Abah memaafkan tidak?”tanya Faris kemudian.. Abah belum merespon. Faris menarik nafas panjang. ” ris, orangtua mana yang tidak memaafkan anaknya,” alhirnya Abah bicra. Faris sedikit lega. ”sebenarnya Abah juga salah. Abah mengerti, Abah tidak boleh memaksakan kehendak Abah pada nak-anak Abah. Tapi siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan Abah?. Kamu tahu sendiri kan, keluarga kita ini keluarga kyai, keluarga ustadz. Kakek buyut kamu juga kyai cukup terpandzng tapi sekarang Abah melihat tak satupun anak anak Abah yang mengikuti.tak satu orang pun nak Abah yang terlihat mau meneruskan jejak itu.Abah khawatir ris. Siapa yang mau meneruskan amanah ini. Mungkin ini salah Abah juga. Salah dalam mendidik kalian....”Abah bicara panjang lebar.Faris tertegun sejenak. Merenugkan perkataan Abah. ” maafkan Faris, bah!selama ini mungkin Faris juga kurangterbun sama Abah. Sebenarnya Faris sudah jadi penyiar radio. Niat Faris juga untuk berdakwah. Kebetulan Faris lagi mengusahakan acara yang islami diradio itu.pendengarnya anak-anak muda. Faris pikir mengaa tidak berdakwah di radio?itu alasan Faris ingin kuliah dibroad casting. Faris ingin lebih faham lagi tentang seluk beluk penyiaran. Abah tahu kan sekarang ini anak-anak muda lebih senang mengikuti gaya hidup yang dibawa teve dan radio daripada nasehat orang tua atau guru.itulah alasan Faris tapi kalau Abah punya kehendak lain, mungkin memang Faris pengenmemang harus mempertimbangkannya lagi. Abah diam, tanpa reaksi. Mungkin dia sedang memikirkan kata-kata Faris. Faris malah jadi deg-degan tak karuan.soalnya walau bagaimana dia tetap belum siap kalau keputusan Abahnya adalah tetap mengirimnya sekolah di mesir. La khaula , keputusan Alloh yang ter baik. Do’a Faris dalam hati. ”ris kalau kamu sudah brepikiran begitu, Abah sebaiknya tidak memaksa. Abah yakin kalau kamu sedah dewasa dan bisa menentukan pilihan yang baik.tapi Abah tetap ada syarat untukmu. ”apa bah?” tanya Faris was-was.” “syaratnya kamu tetap harus memperdalam ilmu agamamu.Abah tidak mau kesibukan kuliah, siaran atau apapun membuat kamu tidak ngaji, tidak sholat berjama’ah. Abah tetap ingin melihat anak Abah menjadi seorang da’i!” Abah menekankan kata-katanya yang terakhir. Faris menarik nafas lega. Walau ada syarat dari Abah yang tidak mudah untuk dilaksanakan, tapi setidaknya kini Faris punya pilihan sendiri. insyaAlloh bah,. Dimanapun dan jadi apapun Faris, Faris akan tetap menjadi seorang da’i! Faris memeluk Abah.” Terimakasih, bah!hik…hik..jadi terharu. Udah ah…India banget. Ganti seting yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar