jejak langkah

Selasa, 06 Maret 2012

Kesempatan Seri Dua

Sudah satu minggu berlalu sejak pengumuman itu. Kehidupan Faris juga sudah normal lagi. Obsesinya untuk jadi penyiar, sementara ini dia lupakan. Tidak ada ngoceh sendiri didepan kaca. Tidak ada lagi sogokan buat Eva. (padahal, cokelat yang dijanjiin kemarin juga belum dibeliin, lagi bokek nih) Pertempuran agak sebgit seekali terjadi., karena Eva masih tetap menagih janji Faris. Korbannya? Bantal giling terbang., kursi berjungkal, kamar gaya kapal pecah dengan posisi buku dan barang lain ancur-ancuran. Ya, paling minimal terjadi polusi suara besar-besaran diseluruh ruangan akibat teriakan Eva yang menyerang Faris. Super dahsyat, untungnya tidak sekuat lengungan poaus biru, masih tetap aman buat telinga normal. Jadi Faris adem saja. Paling-paling Ummi yang dibuat sibuk karena ulah mereak berdua. Lantas bekerja keras medamaikan mereka berdua. Kalau sudah Ummi turun tangan terpaksa Faris harus mengalah. Soalnya Faris kasihan sama Ummi. Walau bagaimanapun jika terus dilayani, perang melawan Eva tidak akan ada habisnya. Apalagi kalau sudah perang mulut. Eva emang jagonya. So, mending ngalah untuk menang kan?lagi pula waktu Faris harus diluangkan untuk persiapan SPMB. Meras otak sampai saripatinya, biar semua jawaban soal bisa nempel dikepala. Waktunya ujian sudah semakin dekat. Sekalian melupakan soal kekecewaan soal seleksi itu. Soal curang atau tidak seleksi penyiar itu. Faris sudah tidak mau tahu. Kalaupun dipikirkan, Cuma buang-buang energi. Bikin porsi makan tambah banyak, tapi tetap tidak tinggi-tinggi. Kan Ummi yang rugi!mendingan buat mikirin soal-soal ujian. Tujuannya jelas, biar lulus perguruan tinggi negeri yang favorit. Aamin(lanjut deh, ris perjuangan nye geber abis sampe pagi!). Malem minggu Faris masih tekun ngotak-aktik soal latihan SPMB. Lagipula suasan cukup mendukung. Hidup masih jomblo tidak ada pilihan lain. Pacaran? Tidaklah jreng!soalnya bagi para ikhwan wal akhwat yang mo berislam secara kaffah , kan harus ngerti kalau pacaran itu tidak boleh sebelum nikah. Nikah dulu baru pacaran. Itu prinsip Faris. (deu, ikhwan sejati euy!) Mas hafid tidak dirumah,. Dia sudah tinggal landas dari rumah sejak sore tadi. Biasa malam minggu seringnya anak muda kelayapan cari calon istri. Padahal belum dicari yang ngantri sudah banyak. Tuh orang emang kerjaannya keluyuran. Eva lagi anteng nonton acara kesukaannya. Setelah sekian lama bertelepon ria bersama konco-konconya. Gosip sana-sini sebagai agenda rutin malam minggu Eva. Untung tidak ngikut bakat kanmasnya yang paling tua keluyuran, wah bisa berabe! Ummi lagi ngisi kajian ibu-ibu dimasjid kampung. Paling pulangnya agak malam. Sedang Abah seperti biasa sedang keluar kota tepatnya ke bandung. Katanya sih sedang mengurus penerbitan buku-buku tulisannya. ”jadi seharusnya malam ini adalah malam yang sangat kondusif untuk belajar Faris.” Tapi sudah hampir 5 menit suara telepon berdering, dan tidak ada yang mengangkat. Eva yang berada diruang tengah yang jelas-jelas berada lebih dekat dengan telepon, tidak juga mau mengangkat telepon. Entah acara apa yang dia lihat sehingga dia terhipnotis. Panca inderanya hanya bisa ia pakai untuk menonton acara teve. Faris mulai agak jengkel. Kalau menurut hitungan film kartun, otak Faris suhunya sudah sampai 100 derajat celcius. Telinganya sudah berasap saking jengkelnya. Ditutupnya buku setebal 400 hlaman yang berisi kumpulan soal-soal itu. Dibukanya pintu kamar yang sedariu tadi dikuncinya. Kakinya segera melangkah keruang tengah. Baru tangannya akan menagangkat gagang telepon. Dering itu berhenti. Faris mangkel bukan kepalang. Dalam hitugan detik bom dikepalanya berubah menjadi ledakan dahsyat. Evaaaaaaa....! begitu bunyi bomnya. Tapi yang diledaki bom hanya menoleh sesaat kemudian kembali cuek. ” nonton apa sih kamu?”masa dering telepon sekeras ini tidak kedengaran?!teriak Faris lagi kesal. Yang ditegur masih tetap mengalihkan pandangan pada teve. Sekilas Faris melihat cara tevenya. Mak.!film india .”ya ampun, film gitu aja diliatin. Pake nagis lagi.!norak banget sih anak satu ini. !”komentar Faris rada pedas. Kesal campur ingin tertawa melihat Eva bercucuran air mata didepan teve. Terang aja yang dikomentarin tidak terima. Serangan balik segera dipersiapkan. amunisi serangan dahsyat secara otomatis bermuncualn. Apalagi sang musuh sudah memasuki wilayah terlarang. Mengomentari hobi pribadi Eva. Eva sedang khusyuk menikmati alur cerita yang menurutnya menyayat hati. Adegan raja sedang membuktikan kesungguhan cinta pada rada. Tapi rada belum juga percaya.(tahulah adegan film india yang nari sambil muter-muter pohon itu. Terus ujan-ujanan). Eva kecewa. Coba kalau Eva yang jadi rada, pasti Eva sudah menyambut ungkapan cinta raja padanya. ”mas Faris, diam dong!” ledakan Eva sengit. Matanya masih menatap teve. Masih berkaca-kaca. Ihh...lihat kayak gituan nangis.”goda Faris belum puas. Tapi komentarnya segera terbalas dengan berbagai serangan balik. Segera meninggalkan Eva yang belum selesai dengan ocehannya. ”hallo assalamu’alaikum!ya betul Faris, saya sendiri...,”ujar Faris setelah menempelkan gagang telepon ketelinga dan tidak menghiraukan Eva. Yang sidah terlihat lelah mengoceh. Mulutnya sudah berbusa-busa. Eva kembali mengalihkan perhatiannya pada teve. Tapi ia kecewa. Berkat gangguan kakaknya, ia kehilangan momen ending pada film yang ditontonnya dengan penuh penghayatan selama hampir tiga jam itu Faris sendiri terlihat begitu serius menanggapi telepon yang diterimanya. Sesekali wajahnya berbinar cerah. Nyaris menyamai bulan purnama yang benderang diluar(hiperbol banget!).lain waktu wajahnya berkerut kusut seperti benang salah pintal dengan wajah berkerut keriput. Eva yang sudah dibuatnya kecewa, tentu saja ingin tahu urusan kakanya itu. Siapa tahu ada proyek pungli (pungutan liar ) lagi. Apalagi dua cokelat yang dijanjikan kemarin belum terealisasikan juga. So, perlu investigasi tambahan untuk mengetahui lebih banyak rahasia kakaknya itu. Agar tekanan padanya bisa diperkuat. Jadi upeti dua batang cokelat paling mahal bisa segera ditunaikan. Kalau bisa sih ada upeti tambahan. Selesai menerima telepon, Faris telihat mondar-mandir seperti setrikaan yang dipakai untuk menggosok pakaian. Kemudian sesekali berhenti.lalu ia memencet hidungnya yang sederhana. Lain waktu ia menggigit bibr, kemudian selanjutnya menarik telinganya. Ada juga acara mengurut-urut keningnya. Menurut cerita sih, dia lagi pusing campur bingung. Tapi entah kenapa adegan yang diceritakna seperti itu. (hehe...yanjg nulis lagi bingung milh adegan). Sedang Eva yang sedari tadi memperhatikan tingkah aneh sang kakak, mulai mencium kesempatanbaik untuk melancarkan rencana tadi. ”lagi bingung ya? Hihihi!”Eva bertanya sambil menyeringai jahat. Mukanya tiba-tiba lebih mirip nenek sihir yang punya taring dua dimulutnya. ”suadah tahu nanya!” jawab Faris singkat(adegan fais diatas masih tetap berlangsung, kalau lupa baca lagi keatas!) ”ya sudah, sukurin kalau gitu!orang adiknya mau perhatian, malah dibentak!huuu..., kakak apaan kayak gitu.?bibir Eva langsung monyong lima senti. Untung adiknya si Eva yang cantik, baik hati, sopan, santun lagi penyayang. Coba kalau yang lain?”oceh Eva lagi, ajaib. Faris segera menutup telinga. ”Hentikaaaaan!”teriaknya. Eva nyengir puas. ”iya...iya...tenaglah. jangan histeris begiu kalau dengar fakta bahwa adekmu ini punya banyak kelebihan. Yang jelas itu baru sebagian kelebihannya. Soalnya ada kelebihan adikmu yang lebih penting. Mengorek semua rahasia kakaknya. Aku tahu masalah mas Faris apa. hehe..., jangan pucat ya!kemungkinan, hutang cokelat bisa bertambah jika kerahasiaan mas Faris ingin dijamin tidak bocor pada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Atau pihak yang tidak diinginkan. Dalam hal ini kakakku yang baik boleh memilih. Bagaimana?”jelas Eva menirukan seorang detektif dikomik yang sering ia baca. Bikin Faris langsung terserang anemia. Disekolah Faris masih terlihat bingung. Ciri-cirinya masih sama, mondar-mandir mencet hidung. Tarik telinga terus memijat keningnya.sampai-sampai seisi sekolah pada bingung dengan ulah mantan ketua rohis tahun kemarin itu. Untung Faris punya sobat yang paling mengerti luar dan dalam(dih!emang rumah?). siapa lagi kalau bukan panu.(eh,keseleo ngetik deh ^_^, Pandu maksudnya).dia tahu gelagat Faris. Kalau sudah kayak gitu, berarti dia lagi kebingungan. jadi tanpa ragu dan sungkan Pandu segera bertanya sama Faris sambil memegang tangannya, biar tidak mondar-mandir terus. ”ris, kamu lagi bingung ya? Pengen kawin?dengan penuh simpatik, belas kasihan dan niat baik Pandu mengajukan pertanyaan pertamanya yang langsung disambut HOT oleh Faris. ” ni anak tidak boleh lihat orang bingung pasti tanya soal kawin? Ini soal lain dab!”nada suara Faris hampir sepuluh oktaf saking keselnya (wah ngalahin merauah carey, euy)yang dikeselin tetep santai. ups, jagalah hati jangan cepet marah. Jagalah hati biar bingung jangan prustasi,”senandung Pandu dengan suaranya yang masih sedehana. ( ini bahasa lain dari fales, he..he.. kalu ini penglaman asli penulis. Kacian deh lo!) walau Faris agak tidak tega mendengarnya tapi nasehat sahabatnya itu masuk juga kehatinya. Masak sudah ngaji sekian lama, emosinya tidak bisa dijaga. Maluuukan? Emang benar, biar lagi bingung, harus ttap jaga hati. Akhirnya tanpa dimintalebih lanjut sama Pandu, Faris segera curhat.. ”gini pan, kemarin pas mala miggu aku dapat telepon di radio Jivo tempat aku ngelamar jadi penyiar itu. Yang waktu itu aku tidak lulus. Ingetr kan? ” jkali ini Faris serius dan Pandu tekun mendengarkannya. Nah, mereka mengabarkan kalau salah satu peserta seleksi yang lolos kemarin itu mengundurkan diri. Soalnya dia dilarang sama ortunya. ” trus kamu disuruh kjadi tambalnya?” ”ya begitulah,. Disatu sisi aku senang sih jadi penyiar. Tapi ada ada rasa mangkel juga. Tapi yang paling bingungin dan bikin aku harus mikir seratus kali, aku harus ikut training dulu selama dua minggu. Itu kan waktunya mepet ke SPMB. Jadi bagimana dong?bisa berabe!jelas-jelas Abah bakalan tidak setuju nih. So, aku harus cari alasan. Kesempatan ini tidak dua kali datang. Jadi aku harus gimana ni?” ”wah kalau aku sih mending langsung terima tuh...soalnya itu kan susdah cita-cita.Hmmm...tapi...SPMBnya gimana ya? Gimana dong? Pandu malah balik betanya. Faris jadi tambah bingung. Sebentar mereka diam. Mikir kali ya? ”oh...iya... Aha...!tiba-tiba Pandu berteriak. Faris ampe loncat dari tempat duduknya. ”huh, ni anak...iya sih, iya tapi jangan teriak gitu. Kaget tahu! ” Faris mengelus dada. Jantung nya yang Cuma satu terasa berdetak sepuluh kali lebih cepat dari waktu normal. ” sory fren! Gini aku punya ide, eh, bukan...semacam pendapat. ” ” gimana ?” kemaren aku kan baca bukunyab satria hadi lubis, yang Breaking the time itu. Kata dia kalau kita mau hidup sukses kita kudu hidup sesuai visi dan misi. Nah, kamu sekarang punya visi dan misi hidup tidak?terus prioritaskan hal-hal yang bisa mendukung visi misi hidupmu. Gitchu. So, jadi penyiar kan udah jadi cita-citamu dari dulu, coba deh kamu itung untung ruginya kalu kamu menerima tawaran itu. En janganlupa satu hal, setiap pilihan harus diadasarkan atas mengharap ridho Alloh. So, kamu sholat istikhoroh dulu sebelum mutusin terima atau tolak. Aku cukup bijaksana kan sebagai seoramg sahabat?”Pandu mengahiri pembicaraan penuh dengan kebanggaan. kali ini Faris tidak bisa menolak untuk mengakui. Akhirnya mereka mengakhiri obrolan mereka dengan pergi kekantin bi emoh. Semangkok bakso telah terbayang diotak masing-masing. Hmmm, nikmat juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar