jejak langkah

Selasa, 06 Maret 2012

DUNIA BARU YANG BIRU

Tepat seminggu sudah Faris dalam penantian. Sebenarnya Faris berusaha untuk tidak menanti pengumuman itu. Ia sengaja menyibukkan diri dengan banyak belajar. Lagipula SPMB sebentar lagi tiba. Soal maematika yang penuh misteri selu saja menarik perhatiannya. Itu sih hoby. Setelah itu pelajaran bahasa Inggris yang menjadi menu favorit dalam setiap episode belajarnya. Pelajaran selebihnya, ia nikmati semampunya. Dan hal itu cukup membuat Faris tidak terlalu merasakan penantian itu. Pagi ini adalah pengumuman hasil seleksi penyiar yang diterima di Jivo FM.Faris sudah mandi, berganti pakaian dan dan menyisir rapi rambut ikal berombaknya ( laut kali ya,...he...hehe). Seperti biasa motor cepernya sudah siap digarasi. Bensin full, mesin OK, helm siap. Semua sudah aman dan terkendali. Hari ini ada try out SPMB disekolahnya. Mulai jam 8 pagi. Setelah itu ada janjian acara sama Pandu. Kemungkinan sampai sore. Berarti Faris punya kesempatan melihat pengumuman itu dalam waktu setengah jam. Jam 7 sampai jam 7.30. Faris segera melarikan motornya dengan kencang. Jalanan pagi yag selalu padat dengan kendaraan yang pergi kekantor dan kesekolah, tidak menjadikan halangan bagi Faris untuk melajukan motornya dengan kecang. Dalam hitungan tidak lebih dari 30 menit Faris sudah sampai di Jivo FM. Ternyata bukan hanya dia yang melihat pengumuman di pagi buta. Rata-rata peserta lain pun tak sabar untuk melihat pengumuman itu lebih lama lagi. Mugkin juga karena mereka anak sekolah SMU. Hari itukan baru hari Senin. Sekolah biasa lebih cepat masuk. Wiwied teman barunya yang ia kenal saat seleksi tahap dua sudah berdiri dekat papan pengumuman didepan bangunan studio Jivo yang mungil. ”Gimana Wied?”tanya Faris sambil menepuk bahu Wiwied yang sedang serius mengamati nomor urut peserta seleksi yan tertera dipapan pengumuman. Wiwied yang sedang serius terperanjat agak kaget dengan kedatangan Faris yang tiba-tiba menepuknya. ”Astaga naga!” pekiknya. dia segera membalikkan badan kearah suara.”Ris, kamu sudah lihat belum pengumumannya?”tanya Wiwied seraya menatap Faris. Faris segera mnggelengkan kepala. ”Belum Wied. Coba aku lihat, tolong dong kamu geser dikit. Kamu udah lihat kan hasilnya?” Faris balik bertaya kepada Wiwied.yang ditanya tersenyum penuh arti. Faris tahu itu senyum penuh kegembiraan. Dan Faris memang tidak salah. Wiwied segera mengangguk sebagai tanda jawaban ’iya’. ”Alhamdulillah aku diterima. Aku juga tidak menyangka.kamu tahu sendiri kan saingannya bagaimana? Tapi aku yakin Ris, kamu juga pasti masuk.soalnya aku dapat soalnya aku dapat bocoran dari mas indro, dari syarat akademis kau mendapat point paling tinggi.padahal itu syarat utama selain pinter cuap-cuap.acara yang kita Pandu nanti itu kan acara science.keilmuan ris.so dibutuhksn penyiar yang tidak Cuma bisa cuap bin ember doank. Tapi lebih dari itu,cerdas kayak kamu, todong wiwid memuji. Yang dipuji perasaannya jadi berwarna warni.bingung harus bangga atau malu. Hi hi.. abis kalau ’nuduh’ tidak kira-0kira. Kalau dibilang cerdas sih, tidak juga. Buktinya selama tiga tahun sekolah diSMU, Faris tidak pernah juara satu.walau tidak pernah pula keluar dari lima besar. Tapi kalu soal matematika dan bahasa inggris Faris emang doyan. ”ah jangan gitu wid, aku tidak sehebat yang kamu bayangkan,.aku biasa saja kok.eh ngomong-ngimng mas indro itu siapa? Kok kamu bisa kenal dia?orang dalem nih? ”selidik Faris. Matanya menatap penuh tanda tanya. Wiwid terdiam sejenak. Sepertinya ia menangkap kecurigaan Faris. ”mas indro itu teman kakakku,. Dia juga yang memberi tahuku kalau ada seleksi penyiar pelajar di Jivo FM. Dia meang direktur produksi diradio Jivo.dia juga sering jadi operator.radio Jivo kan belumvtrlalau besar, jadi karyawannya masih sedikit. Dia cukup berpengaruh di Jivo. Tapi...emmm kamu curiga sama aku ya?aku tidak KKN kok. Yakin!dia tidask masuk tom seleksi.lagipula dia tidak suka kerja yang tidak profesional. Asal comot tanpa kemampuan. Tidak bakal ditolerir.”jelas wiwid tanpa diminta.Faris manggut-manggut. ”sekarang cepetan kamu lihat pengumumannya.aku segerra cabut. Mau ada kegiatan disekolah.cabut duluan ya!”wiwid mengingatkan sekaligus pamit. Setelah berjabat tangan, wiwid segera bergegas meninggalkan Faris yang menatapnya melaju dengan motornya. Faris segera mengalihkan pandangan matanya pada papan pengumuman yang masih dikerubuti sekitar belasan anak SMU yang penasaran melihat hasil seleksi kemarin. Faris mengayunkan kaki beberapa langkah.tubuhnya yang kecil mungil mewajibkannya melihat pengumuman itu lebih dekat. Setelah berhasil menerobos beberapa tubuh yang menghalanginya dari pa[an pengumuman, akhirnya Faris sampai didepan kertas pengumuman itu. Dilihatnya satu persatu nomor yang tertera dipengumuman itu. Dari atas kebawah. Satu kali Faris belum menemukan nomor urut dirinya tertera disana. Faris masih penasaran.sekali lagi ia mengamati pengumuman itu. Tidak ada nomor dirinya. Mendadak Faris lemas. Wajah cerianya menguap seketika. Ada rasakecewa yang dalam, tapi harus bagaimana?dengan agak lunglai , Faris meninggalkan kerumunan yang sekarang telah menyusut mejadi beberapa orang saja. Dengan ekspresi yang bermacam-macam. Sedihgembira. Tapi ada juga yang biasa-niasa saja. Motor Faris segera meninggalkan area pakir Jivo FM. Menuju sekolah. Waktu menunjukkan pukul 8.15. Faris tyerlambat. Tapi ia hampir tak peduli,. (kecewa ni yee...komentar semut-semut hitam yang berbaris didinding...he..he..) Soal try out sudah dibagikan setengah jam yang lalu. Faris baru saja tiba didepan ke;las,. Ia segera mengetuk pintu. Ibu yeti yang membukakan pintu. Tak sedikitpun pemandangan manis tersisa diwajah ibu guru bahasa indonesia itu. Faris tak peduli. Setelah sekian jam berlalu. Saatnya semua mengahiripergulatan masing-asing dengan soal latihan SPMB itu.Faris yang masih tidak konsen masih menyisakan bebrapa soal yang seharusnya ia jawab. Tapi apa boleh buat , waktu telah habis. Anak-anak kelas 3 IPA 1 masih ribut membicarakan soal-soal yang tadi. Beberapa nak berkelompok, bergerombol mendiskusikan jawaban soal –soal itu. Faris yang biasanya bersemangat kini terdiam. Tentu itu mengundang tanya teman-temannya. Khusus nya Pandu, teman sebangkunya yang sedari tadi terpaksa menikmai wajah asem Faris dari awal jumpa. ”ris,kamu kenapa? Kesambet jin poho asem ya? Bawaannya diem aja dari tadi. Atau....kaamu lagi sakit gigi? ”Pandu bertanya Faris hany menggeleng lemah. ”mmmm....sakit?” tanya Pandu lagi.jawaban Faris masih sama.gelengan kepala. ”tapi kenapa dari tadi wajahmu layu begitu.kayak bunga kurang siram saja. Tidak biasanya!ada masalah apa, sih? ”sekali lagi Pandu bertanya.yang ditanya kali ini belum memberi jawaban. Faris masih diam.sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Mungkin memikirkan jawaban yang tepat. Pandu masih setai menuggu. ”hmmm sebenarnya sih tidak apa-apa. Maksudku, mungkin seharunya masalah ini tidak harus mengganggu pikiranku.tapi entah kenapa, ada perasaan kurang enak, dalam hatiku. Ya semacam kecewa berat. ”jelas Faris akhirnya. Tapi yang mendengar penjelasan itu masih juga belum paham maksud Faris. ”sebentar, kecewa yang mana dan masalah apa? ”cecar Pandu tidak sabaran. ”kamu tahu kan, akuikut seleksi penyiar pelajar beberapa hari yang lau? Taerus terang aku sangat berharap sekali bisa lolos. Apalagi, aku mendapat informasi bahwa hasil seleksiku cukup meyakinkan hasilya. Ceritanya aku dapat sedikit bocoran dari seorang kenalan yang sama-sama ikut seleksi penyiar. Dia kenal orang dalam, katanya hasil tesku meyakinkan. Yah...terus terang saat dengar kabar itu aku sangat optimis, akan masuk jadi penyiar. Aku sendiri yakin kok tesku memang tidak mengecewakan. Aku sudah bersiap-siap dengan segala kesungguhanku. Tapi ternyata namaku tidak tertera dipapa pengumuman itu. Terus terang kondisiku sedang tidak siap menerima kekalahan, jelas Faris, loyo. ”nah saat ini aku lagi lemes. Aku sedang brjuang untuk ikhlas dengan kenyataan ini. Kalau aku diem terus, ya namanya juga dapat kekecwaan. Aku lagi butuh tausiyah ni.” ”ya ampun nih, pak ketua kita. Apa kamu tidak ingat ris apa tujuan mua ikut seleksi penyiar itu? Just for dakwah.only for Alloh. Kalu Alloh belum menghendaki, kenapa harus dongkol bin kecewa. Inget-inget lagi tuh surat albaqoroh ayat 112: barangsiapa yang menyerahkan diri kjepda Alloh, sedang ia berbuat kebajikan , maka baginya pahala pada sisi tuhanNya. Dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Sekarang ini baru permulaan. Kamu baru memulai. Jadi ni bukan akhir dari segalanya. Kalau kamu niat banget berdakwah dibidang itu, ya kuncinya tidak ceopat menyerah. Begitu menurutku. So, jangan keburu lemes gitu. Boleh kecewa, tapi jangan lama-lama. Soalnya aku seperti liaht kamu cemberut terus. Jeleknya sepuluh kali lipat lebih jelek dari jelek sebelumnya. ...he...he...he...!ketawa dong, ris!” ”aku sedih, bukan lemes. Tapi kecewa. Soalnya, menurut feelingku ada kecurangan tertentu! Aku lihat pada prosedur pada beberapa peserta. Ada peserta yang aku tahu dia sangat tidak meyakinkan tapi malah masuk lolos jadi penyiar. Aku athu persis orangnya. KKN selalu terjadi dimana-mana. Itu yang membuatku kecewa. ! ”wah, ris...!belum-belum kamu sudah suudzon. Kamu tahu darimana kalau peserta itu KKN. Sudah jangan karena kamu tidak lolos seleksi, malah bikin kamu berprasngaka buruk bukannya nambah pahala, tapi nambah dosa. Yang penting sekarang, kamu persiapkan langkah untk selanjutnya. Tidak ulus jadi epnyiar JIVO FM kan bukan kiamat buat kamu. Sekarang radio banyak dijhogja. Kamu tinggal cari kesempatan lain. Dan jangan lupa mempersiapkan diri lebih matang.” ”iya, sih” ujar Faris singkat. Pandu masih berbusa-busa berbicara mengeluarkan petuah untuk Faris hingga mereka tiba diparkiran sekolah. Setela itu, baru mereka berpisah.pulang dengan kendaraan masuing-masing. Dalam hati Faris bersyukur, punya teman seperti Pandu. Walu kadang rada over dosis, tausiyahnya cukup berguna. Kalupun tadi Faris sok cuek, itu sih biar Pandu idak banyak-bajnyak ngasih ceramahnya. Soalnya Faris bisa ngantuk. He..he..he..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar