jejak langkah

Selasa, 06 Maret 2012

Cari Pasangan

Berkat nasehat sobatnya, Pandu kini Faris benra-benar mantap untuk kecemplung didunia yang penuh dengan hingar bingar dan warna-warni gemerlap anak muda jaman ayeuna. Jadi penyiar. Bentar lagi Faris terkenal nih.hihihi...Husy!luruskan niat! Udah seminggu jalan Faris ikut pelatihan penyiar. Dunia broadcasting emang ternyata dunia yang menwarkan keasyikan tersendiri buat Faris. Soalnya dia bisa berekspresi dan menyalurkan potensi. Biar Cuma latihan siaran dan simulasai-simulasi doang, Faris sudah merasa enjoy banget. Nah, itu bikin Faris kelihatan menonjol dari peserta pelatihan yang lain. So...Faris berpikir, emang udah nasib kali yah harus jadi orang terkenal dimanpun dia berada. Hehehe ...ge-er, nih! Jadi perhaian orang terus. Dan seringnya diiriin sama banyak orang. (ups, jangan takbbur atuh, ris!). tapi itu semuia emang karunia Alloh yang harus disyukuri, betul kan? Waktu jadi ketua rohis, walau Faris sebenarnya tidak soleh-soleh amat(ngaku nih ye!), toh Faris mampu memimpin rohis dengan baik. Waktu itu, rohis jadi kebawa-bawa tenar. Diantar ekskul yang ada disekolah Faris, rohis jadi favorit anak-anak baru untuk gabung. Soalnya kegiatannya juga seru-seru. Tim nasyidnya juara satu terus kalu ada lomba antar SMU. Kajiannya juga dibikin gak ngebosenin. Pernah satu kali pengajian, gak Cuma ngundang ustad tapi juga ngundang personil grup band yang sangat terkenal dan asli dari jogja. Namanya sakti. Itu ulu waktu jadi ketua rohis. Nah sekarang, setelah jadi penyiar bakat entertainernya benar-benar muncul. Untungnya bakat Faris masih dibingkai oleh indahnya nilai islam yang emang indah itu. Jadilah banyak ide unikdari otak Faris. Termasuk idenya mau bikin acara nasyid khusus yang dipadu sama dunia pendidikan. Acara itu diusulkan saat workshop yang terahir minggu ini. Dan pihak radio terkagum-kagum dengan ide Faris yang cemerlang. Ide Faris untuk bikin acara JAYUS (’jam untuk yang suka science,’hehe...maksanih singkatannya!nggak papa ya?)ternyata menarik miat radio. Kata mereka sih acara itu idenya cukup unik, dan emang belum ada diseantero jagad raya ini. Plus namanya itu lucu banget. Faris sebagai orang yang memunculkan ide itu bertanggungjawab untuk menggodok lebih matang lagi konsep acaranya. Dan diperhitungkan materi apa saja yang bisa dimasukkan kedalamnya. Mirip mengolah makanan yang ditambahin bumbu penyedap disana-sini. Setelah dihitung-hitung dan dipertimbangkan, ternyata acara ini lebih enak kalau bisa dibawakan berdua. Dengan berdua acara akan terasa lebih hidup an santai. Itu pendapat Faris. Beberapa orang berpendapat enaknya acara ini dibawakan sendiri. Soalnya kan ada acara science alias keilmuan. Harusnya memang serius. Tapi beda pandangan Faris, menurut dia materi berat kalau dibawakan dengan berat bisa tambah berat. Malah tambah tidak ada yang mau dengar. Justru denga pembawaan yang santai itu, kita mengurangi kesan berat dari materi yang dibawakan, pendapat Faris waktu itu. Apalagi didalam acara JAYUS ini akan memaduakan antara keilmuan, agama dan seni. ”nah karena Faris ngotot mau acara ini dibawakan berdua, sedang orang yang jadi penyiar tidak ada yang cocok dengan karakter acara diradio jivo memang belum ada penyair yang kenal dengan nasyid sebelumnya, akhirnya Faris kebagian getah ulahnya sendiri. Giliran dia yang kebingungan harus mencari orang buat menemani dia, agar konsep acara yang dibuat duet itu bisa terlaksana. Dengan catatan dia adalah penyiar sukarela. Alias tidak dibayar. Soalnya piahka radio kan tidak mau rugi . tentu saja dengan syarat orang itu bisa jadi penyiar, faham agam dan suka seni juga. Aduh Ummi...., Faris jadi pusing sendiri. Emang sengaja kali ini Faris dibikin sulit. Bukan suudzon sih, tapi kayaknya teman-teman satu angkatan pelatihannya agak kurang suka pada sikap menonjolkan diri (ini penilaian mereka lho!) yang dilakukan Faris. Apalagi pakai bawa-bawa agama segala. Bebrapa dari mereka malah alergi dengan orang-orang yang rada ekstrim gitu. Tidak mau salaman. Kalau ketemu cewek pura-pura nunduk padahal mau. Ah, pkoknya menurut mereka itu rese banget.tapi bagi Faris itu sudah prinsip yang tidak boleh diganggu gugat. Yang penting ia masih bisa berakhlak baik pada mereka, hidup Faris...! Saat pulang pelatihan, Faris masih juga memikirkan urusannya itu. Masih ada waktu satu minggu untuk mencari orang yang tepat da cappable untuk jadi penyiar, mendampingi dirinya. Roni? Sekretarisnya dirokhis dulu. Cerdas sih, tapi terlalu pendiam. Faizin?Hmmm....pembawaannya terlalu serius. Nanti acaranya malah septi tabligh akbar. Gawat!kesan gaulnya bisa hilang dong. Siapa lagi ya...?Hmmm.....apri ....Dian.....nana....semuanya tidak cocok! Sebentar....!kenapa tidak Pandu saja?dia itu kan orangnya sudah kenal deket banget sama Faris ( wah KKn juga nih!). orangnya lumyan ngocol, prestasi keilmuan, jelas Faris kalah. Cuma satu kekurangan dia, mudah grogi. Agak cepat gugup. Tapi kelebihannya, dia tidak mudah putus asa. Dia pekerja keras, pejuang gigih. Faris yang sdang perjalanan pulang diatas motor hondanya segera berbelok kearah selatan, keraah rumah Pandu. Sore ini juga Faris harus bicara dengannya. rumah bercat putih itu terlihat sepi saat Faris sampai didepannya. Sebuah tombol putih kecil bergambar lonceng segera ditekan Faris. Tingtong.....! Tingtong.....! Tingtong.....! ”assalamu’alaikum!”teriak Faris menambahi bunyi bel. Tak lama kemudian makhluk ramah full senyum ningol dari balik pintu sembari membalas salam Faris. ”kamu ris, tumben tidak ada hujan tidak ada angin datang tanpa pemberitahuan?adaapa?” Faris segera disambut dengan sejumlah interogasi. Faris menjawabnya dengan cengiran mencurigakan. dia segera melenggang mengikuti Pandu yang telah lebih dulu masuk kerumah. ”tenang pan, aku tidak akan meminta sumbangan dalam bentuk dana bantunan atau barang jenis apapun. Sekarang saatnya tuan rumah menyediakan segala minuman segar untuk tamunya. Setelah itu aku kan bercerita dengan nyaman dan santai,” pinta Faris yang emang lagi kehausan. Pandu Cuma geleng kepala. Kebiasaan buruk, bisik hatinya. Tapi Pandu pergi juga kedapur.beberapa saat kemudian satu gelas penuh es sirup rasa nanas telah dibawa Pandu. ”makasih pan!Kmu memang sahabatku yang baik.emm begini...” bla...bla...bla... Faris segera menceritakan semua maksud dan tujuan dia datang kerumah Pandu. Dilengkpai sejumlah latar belakang alasan Faris memilih Pandu sebagai calon partnernya yang dicalonkan jadi partner bukannya terlihat senang malah terlihat pucat dan keringatan. Ada dua alasan yang membuat Pandu jadi begitu. Pertama Pandu tidak pernah membayangkan dirinya bakalan bisa jadi penyiar., sedang selama ini walau dia itu tergolong anak paling cerdas disekolah, tapi kalau urusan ngomong didepan publik Pandu lebih suka mewakilkan kepada sahabatnya, Faris. Semua orang tahu Pandu orangnya grogian. Pernah dulu waktu dia dibangku SLTP saat dia jadi ketua kelas, ibu walikelas menyuruh ngasih sambutan didepan kelas. Selama seminggu Pandu udah persiapan. Tapi pas pelaksanaan teks yang harus dibacanya hilang. Dan terjadilah pengalaman buruk itu. Pandu tak bisa berkata apapun didepan kelas. Dengan wajah pucat, keringat bercucuran. Sampai akhirnya ibu guru menyutuhnya duduk. Pandu malu sekali. Dan sejak saat itu ia tak ingin lagi tampil didepan umum. Takut kejadian terulang. Nah alasan yang kedua yang membuat Pandu jadi pucat adalah Faris. Sobatnya yang satu itu sudah milih orang pasti sudah punya alasan jelas. Pasti ada sesuatu. Pasti susah ditolak.pasti bakalan maksa....duh. Jadi sekarang saatnya Pandu mencari alasan paling tepat untuk menolak ajakan itu. Pandu diam sejenak untuk dapat mencari kata-kata dalam memulai acara penolakan. Tapi sebelum ketemu, Faris sudah ngomong duluan. ”tenang pan semua sudah aku pikirkan matang-matang.kali kamu tidak bakalan menyesal mengikuti permintaanku. Ini semua untuk kebaikanmu juga. Menurutku kesempatan ini adalah saat yang tepat untuk mengubah Pandu yang dulu menjadi Pandu yang baru. Pandu yang lebih hebat lagi.” ” tapi Ris, kamu kan tahu senditi aku tidak biasa ngomong didepan umum.” ”lho tidak biasa kan tidak berarti tidak bisa. Lagipula siapa yang mau ngajak kamu ngomong didepan umum. Kita hanya akan berbicara cerdua. Didalam sebuah ruangan distudio. Tidak ada beda saat kita bicara dikelas.” ”tapi...itu kan didengar banyak orang. ” ” tapi, kita tetap tidak tahu siapa yang mendengarkan kita. ” ”hmmm, ris aku harus memikirkannya dulu. Lagipula mama belum tentu mengikinkanku.” ” baik, aku beri waktu satu hari . sabtu minggu ini keputusan radio sudah harus jelas. Soal bicara dengan mama itu urusanku. Aku yakin mama akan mendukungmu. Aku tahu beliau juga ingin kamu terlepas dari masalahmu itu. Dan ini kesempatan baik untuk mencobasesuatu yang akan membuat kamu keluar dari masalah. Saatya kau menghadapi kenyataan hidup, man. Kamu tidak bisa terus-teruasan takut dan traum masa lalumu. ”saatnya bangkit!”Faris berapi-api. Pandu bengong. Alasan yang ia berikan kali ini salah total. Kalau sudah mama yang mendukug Faris berarti dia berada diposisi lemeh. Tapi disatu sisi Pandu sebenarnya sih ingin berubah. Lebih percaya diri seperti Faris, tapi.. Pandu tahu Faris ingin membantunya mengatasi masalah dirinya yang dari dulu tak ada habis-habisnya itu. Grogi bila menghadapi publik. Dan memang benar Faris berniat mmbantu paandu untuk terlepas dari dunia Pandu itu. Pandu harus dikeluarkan dari zona aman dia selama in. Bersembunyi dibalik layar. Lagipula ini sebagai balas budi Faris atas nasehat-nasehat bijak Pandu selama ini yang sangat menolongnya. Giliran Faris membantu sahabatnya itu keluar dari masalahnya. Faris akan mencobanya. Setelah segalanya dianggap cukup Faris segera pamitan.Pandu yang masih trlihat bingung mengantarnya sampai ke gerbang rumah. Rumah Pandu sepi lagi. Mama dan papa Pandu belum juga pulang. ”tunggu apalagi? Saatnya kita akn ulai latihan!waktu kita hanya ada seminggu kurang aku yain kamu mampu.OK!setelah satu minggu kamu harus mengikuti tes kelayakan jadi penyiar. Pihak radio sebenarnya menawarkan penyair dari mereka. Tapi aku tidak yakin dengan idealisme mereka pada dakwah. Jadi aku mengajukanmu sebagai calon pasangan siaranku. So sekarang kamu adalh partner jihadki diradio nanti.jadi kamu harus lulus uji kelayakan sebagai penyiar. Kamu harus lulus, OK! ”Faris terus meyakinkan Pandu. ”Hmm tapi ris, nanti aku harus bicara apa distudio.? Pandu masih bertanya kurang yakin. ”pokoknya kita bicara seperti kita ngobrol dikelas. Bercanda seprti biasa. Materi yang kita perbincangkan juga masih sama seputar pelajatan. Hanya ada tambahan selingan nasyidnya. Satu hal lagi u ntuk tips-tips belajar baik. Rumus cepat dan lain-lain. Kamu kan paling menguasai tuh. So...itu bagian kamu untuk menceritakannya. Mudah kan bagimu? Kamu kan ahlinya dalm hal begiatuan. Itu juga sih alasanku mengajakmu jadi partnerku hehehe.”Faris nyngir. Pandu agak cemberut, kini dia tahu alasan paling tepat kenapa Faris mengajaknya. Tapi tidak apa-apalah kan saling bantu. Akhirnya mereka mencoba berlatih distudio, atas ijin pihak radio. Beberapa aturan pembicaran diperkrnalkan Faris pada Pandu. Kalimat pembuka dan penutup acara. Sapaan untuk pendengar. Nomor telepon, dan hal-hal teknis yang harus dihafal oleh Pandu dalam memandu acar diradio segera diajarkan Faris. Dan memang tidak terlalu sulit. Cukup ketenangan dan enjoy saat bicara, semua keadaan akan baik-baik saja saat siaran. Dan satu hal penting dalam siaran, materi yang dibawakan harus benar-benar telah dipersiapkan dengan matang. Informasi-inrormasi yang mndulung acra harus benar-benar komplit dan siap. Untuk kesimpulan sementara dalam latihan, Pandu merasa siaran diradio tidak terlalu sulit. Waluun masih ada rasa deg-degan saat mnghadapi mix. Seminggu telah berlalu. Sudah satnya mengikuti tes kelayakan. Seperti tes yang dijalani Faris dulu. Pandu akan dipersilahkan memasuki ruang siaran. Diberi beberapa teks bahasa indonesia dan bahasa inggris. Pandu terlihat pucat dan tegang. “ris, sebaiknya aku tidak jadi ikut saja ya. Rasa-rasanya aku mau pingsan menghadapi tes ini, aku grogi sekali, ” keluh Pandu. ”tariklah nafasmu dalam-dalam. Tenangkan hati. Jika kamu merasa grogi anggap itu sebagai hal wajar. Itu sama sekali bukan hambatan bagimu untuk menjadi penyiar hebat. Grogi adalah bagian dari pembelajaran itu sendiri.semua ketakutan itu wajar bagi semua pemula.tapi satu hal yang tidak boleh terjadi.apalagi bagi mujahid dakwah seperti kamu, menyerah sebelum mencoba. Ingat baik-baik, grogi, takut dan perasaan lain yang mengganggu itu wajar. Tapi jangan sekali-kali menyerah. Itulah kekalahan yang sebenarnya. ” Faris terus berusaha menguatkan Pandu. Pandu mencoba mencerna kata-kata sahabatnya itu. ”bagaimana perasaan mu sekarang?”tanya Faris lagi. ”gawat nieh ris, dari tadi aku deg-degan terus, hatiku kok gak bisa tenang ya?” ”deg-degan itu wajar. Kalau tidak kamu bisa mati!”Faris menjawab enteng. Mencoba memberi suaan santai pada Pandu. ”malah bercanda, serius nih. Aku muali gerogi lagi. “Pandu kesal. “tenang anggap saja ini latihan biasa. Tidak ada bedanya kan? Kalau masih tidak tenang tarik nafas lagi dalam-dalam. Terus menguaplah besar-besar. Tapi jangan tidur!bener lho, ini saran dari seorang bintang film. Udah pokoknya jangan dipikirkan. Tap jalani saja. Nyantai aku yakin setelah ini kamu bakalan suka. Apalagi nanti kamu jadi terkenal hehe.” ”Husy! luruskan niat. Kita disini kan bukan cari terkenalnya. ” ”nah kamu tahu, itu dia yang bisa bikin kamu tidak rogi. Niat ikhlas karena Alloh. Jadi hilangkan atakut akan penilaian manusia , aku yakin dengan kekuatan imanmu. Sekatang ini kita bukan mencari muka dihadapan mnausia. Tapi dihadapan Alloh. Jadi mengapa harus grogi dn takut terhadap penilaian manujsia. Jadi sambil belajar menghilangkan grogi sekalian sambil belajar ikhlas. Tul kan?” ” iya, juga ya?” ”sudah sekarang masalah groginya kita lupakan terlebih dahulu. Soalnya jam testingnya sudah semakin dekat. Kamu siap kan? Are you ready, man?” ”OK!Allohu Akbar!”Pandu memekik kecil. Pandu mulai memasuki studio siaran. Headphone sudah dipasangkan. Mix telah siap didepan wajahya beberapa lembaran teks ada ditangannya . keringat bercucuran sepertinya rasa grogi dalam dirinya belum punah semua. Dari luar Faris memberi kode acungan jempol. Lalu menunjuk bibirnya yang tersenyum. Mas dimas yang akan mengoperatori telah siap. Dua oran penyiar senior mengamatiPandu dari luar ruang siaran. ”Pandu menarik nafas dalam-dalam. Lalu menatap sobatnnya yang sedang melihatnya. Pandu tersenyum dan mulai membaca teks ditangannya. ”assalamu’alaikum jivoicer semuanya. Senang sekali Pandu bisa menemani kaliann disore hari ini...”Pandu membuk acaranya. Terkesan masih agak lamban dan kaku. Pandu agak terlalu berhati-hati. Faris agak terlihat gelisah waktu itu. Hampir-hampir dia tidak bisa menahan diri untuk memberitahu Pandu lewat kode tangannya . tapi tatapan curiga pengui Pandu membuat Faris tidak meneruskan tindakannya. Lagipula sebenarnya tndakan itu hanya akan membuat buyar lonsentrasi Pandu pada teks. Akhirnya Faris hanya berdo’a agar Pandu segera sadar atas sedikit kekurangannya itu. Saat Pandu membacakan teks info ditangannya, suaranya cukup bulat dan sempurna. Lebuh baik dari bagian pembukaan acara yang lamban dan kaku. Keringat dikning Pandu brcucuran walau ruangan studio itu ber AC mungkin Pandu terlaolu tegang. Hingga acara testingn itu pun berlalu. Pandu berhasil melewatinya walau dengan susah payah. ”keputsan akan diberika pada hari rabu, dua hrai dari sekarang. ”tegas pak narsa yang bertanggungjawab akan penerimaan penyiar baru. Faris dan Pandu hanya mengangguk. Alhamdulillah satu tahapan telah dilalui. Walau entah nanti apa hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar