jejak langkah

Senin, 24 Agustus 2015

Berkebun, Bermain dan Belajar

Berkebun adalah kegiatan menarik bagi anak-anak. Bermain air, tanah sembari mengenal aneka jenis hewan dan tumbuhan di pekarangan rumah merupakan kegiatan yang seru dan mengasyikan. Dan kabar yang lebih baiknya lagi itu sungguh menyehatkan. Anak-anak yang dekat pada alam insya Allah memiliki kecenderungan tubuh yang lebih kuat dan sehat (ini perlu riset dan pembukitan ya...wah next project nih). Tentu ada alasan rasionalnya, tapi bisa kita bahas lain kali ya. Saat ini saya ingin fokus untuk memaparkan beragam manfaat berkebun bagi perkembangan anak baik itu secara mental, kognitif dan fisik.
 1. Perkembangan Mental- Spiritual
Anak-anak yang berinternaksi dengan alam insya Allah akan menujukan mental yang tangguh, Dengan berkebun sebenarnya kita sedang menciptakan lingkungan alam yang lebih kaya dan beragam untuk anak-anak. Bagaimana tidak, kita berupaya menanam dan menumbuhkan beraneka ragam tanaman di pekarangan kita. Dan itu artinya kita juga sedang mengundang beraneka hewan yang siap meramaikan kebun kita. Ini adalah keuntungan bagi kita. Kita bisa mengajarkan beraneka jenis hewan dan tumbuhan pada anak kita secara nyata. Tamu-tamu kecil kita sungguh sangat menarik bagi anak-anak. Kita juga bisa sekaligus mengajarkan pada anak-anak kita apa manfaat dari setiap makhluk yang Allah ciptakan untuk kita. Bagai mana mereka sling berinteraksi dan bekerjasama. Kehidupan yang harmonis dan saling menyayangi di antara makhluk satu dan lainya, meski mereka berbeda-beda. Bahkan perbedaan itu membuat mereka saling bekerja sama. Berat? Tidak, karena itu semua nyata hadir di depan mata mereka. Bahkan mengajarkan kehadiran Allah pun akan terasa nyata. Alam adalah ayat-ayat Allah yang sangat nyata. Alam dirancang untuk mengenalkan manusia pada Sang Penciptanya. Kebun-kebun yang kita hadirkan di rumah membawa alam lebih dekat dengan kita, lebih dekat dengan anak-anak kita. Dan jika kita bisa memanfaatkanya, alam di kebun kita akan mampu mendekatkan kita pada Allah Sang Pencipta.
2. Perkembangan Kognitif
Berkebun menghadirkan aneka ragam tanaman dan hewan secara nyata. Pengetahuan anak-anak kita bertambah dengan lebih  mudah karena lingkungan alam mereka beraneka ragam dan nyata. Hewan dan tumbuhan selalu menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak. Percayalah...mereka akan bertanya! Dan pertanyaan adalah pintu dari ilmu. Anak-anak yang secara alami selalu punya rasa ingin tahu yang tinggi akan semakin menemukan pertanyaan-pertanyaan baru dengan hadirnya hewan dan tumbuhan di rumah.
3. Perkembangan Fisik
Lingkungan yang dihiasi tetumbuhan yang melimpah akan mengadung oksigen lebih banyak. Rumah jadi terasa lebih asri dan indah. anak-anak betah. Tetapi bukan berarti diam saja. Dengan hadirnya kebun di rumah kita banyak aktivitas fisik bisa dilakukan guna merangsang kemapuan motorik anak. Menggali tanah, memasukan tanah ke dalam pot, ikut memanen atau menanam, menyiram, semua sangat menarik bagi anak-anak. dan hal itu membuat mereka bergerak lincah dan sehat.

Itu sekelumit manfaat berkebun di rumah bagi anak-anak kita. Semoga bermanfaat.

Berikutnya; Saya tak punya lahan saya tidak bisa berkebun! Tidak ! Singkirkan pikiran itu. Kita bisa mulai berkebun dalam berbagai kondisi meski kita tak punya lahan yang luas sekalipun. Tips berkebun di ruang sempit kita sambung di tulisan berikutnya yaaa :

Sabtu, 22 Agustus 2015

Anak-anak dan Pekerjaan Rumah (Bagian 2)

Melihat masalah anak-anak dan pekerjaan rumah ini, saya jadi berpikir. Sepertinya orang tua harus siap mental deh agar anak-anak selalu terlibat dalam aktivitas pekerjaan. Agaknya itu wajib dipahami seluruh orang tua. Mental yang siap untuk menerima keberadaan anak-anak di samping kita itu akan berpengaruh terhadap bagaimana kita bersikap pada anak-anak.

Mental cukup? Sepertinya tidak. Perlu ada skenario agar anak-anak terlibat dengan aman dalam pekerjaan kita. Dari pengalaman kalau anak-anak diberi peran yang menarik dan diinginkan mereka, mereka anak aman bersama kita. Misal saat mencuci karpet, mereka kebagian nyemprot atau gosok. tapi jangan harapkan pekerjaan mereka bagus dan sesuai. Yah namanya juga anak-anak. Yang jelas pasti apa yang ditangan mereka akan dibat mainan oleh mereka. Dan biasanya apa yang diperbuat orang tua itu pula yang diinginkan oleh anak-anak, jadi siapkan saja semua alat dobel-dobel. Biar tidak rebutan. Apa lagi jika pekerjaanya sedikit mengandung resiko bahaya seperti mencuci karpet atau motor. Untuk pekerjaan yang agak beresiko seperti memotong-motong lebih baik beri anak kesempatan anak mencoba dengan panduan penuh dengan kita. biasanya mereka itu cuma penasaran kok, mau ngerasaain gimana cara melakukan sesuaitu. Dua tiga kali paling mereka sudah mulai tertarik hal lain. bisa jadi di saat itu bisa diarahkan untuk melakukan hal lain. Misal tadinya sedang memotong brokol dengan pisau, minta saja mereka mencuci brokoli yang telah dipotong. Jadi mereka pun beralih pada pekerjaan yang lebih aman. Sementara kita meneruskan pekerjaan.
Percayalah, ternyata melibatkan anak-anak dalam pekerjaan kita itu lebih singkat dari pada kita menolak dan bertengkar atau marah-marah sama anak balita kita karena mereka ingin ikut nimbrung pekerjaan kita.

Repot? Pasti..tapi itu jauh lebih baik dari pada anak-anak kita diasuh tv atau menagis sedih karena kena semprot orang tua yang marah karena merasa terganggu. Semoga dengan begitu anak-anak kita mencintai segala urusan rumah tangga, terampil dalam bekerja dan yang terpenting lagi sayang sama ayah budannya. amiiiin

Anak-anak dan Pekerjaan Rumah (Bagian 1)

Sering kita dapati betapa malasnya anak-anak melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah. beresin kasur lah, cuci piring, nyapu dan ngepel lantai de el el. Hmmm sebenarnya itu mungkin saya hehe. Tapi bisa jadi anda juga. Yah perasaan gak suka ngerjain pekerjaan itu entah dari mana awalnya datang. Saya kira itu layak kita pertanyakan. Soalnya ada lho teman saya yang hobiiiiii sekali strika. Padahal buat saya itu sangat ribet dan malesin.
Nomong-ngomong soal itu diam-dima saya perhatikan anak-anak saya yang masih usia di bawah balita semua. Hirmi 4 tahun, Hiro 2,5 tahun. Rata-rata mereka tuh kok sukanya nimbruuuung saja kerjaan orang tuanya. Selalu ingin ikut coba. Bunda masak di dapur pasti mereka minta pisau dan sayurnya buat mereka gunakan. "Aku masak Bunda...aku masak!" biasanya teriak Hiro. Saya sediri seling sekali mengalami pekerjaan rumah yang ditimbrungi anak-anak. Pernah sekali waktu Hirmi nimbrung saya waktu nyuci baju. Baju yang sedang saya bersihkan dengan bangganya dimasukan lagi ke air detergen oleh Kak Hrimi. "Cuci...cuci..." Kalau gak lihat wajah polos nan imut itu. Pasti saya sudah kalap. Mau ngantor, terburu-buru. cucian bersih dimasukin lagi kedeterjen. Gusti Allah...Sabar...sabar....Juga saat goreng telur. Mesti anak-anak suka rebutan untuk memecahkan telur dan mengocoknya di mangkok. Duh kalau sudah acara itu, siah dah deg-degan. Telur berhamburan bisa saja terjadi. belum lagi acara nangis karena rebutan garpu dan telur yang mau di kocok. alamat gak jadi makan telur deh. Hehe...
Mengalami peristiwa-peristiwa di atas saya jadi merenung sendiri. Kok anak-anak itu antusias sekali kalau lihat pekerjaan orang tuanya ya? Jadi kapan anak-anak mulai malas dan moggok melakukan pekerjaan-pekerjaan itu?
Saya coba ingat-ingat hal-hal apa yang saya lakukan jika anak-anak ikut nimbrung. Reaksi apa yang biasanya muncul saat anak-anak ingin terlibat dalam pekerjaan saya. Tak lupa juga saya amati Bunda dan Uti. (Hehehe....maaf bukanya bantuin malah jadi pengamat. Lempar suami pake sandal ). 
Jeng...jreng......Oh ternyata...betapa seringnya kita bereaksi negatif saat anak-anak mau terlibat dalam pekerjaan kita. Alasan terburu-buru, bikin kerjaan gak selesai, bikin kerja dua kali, bahaya adalah hanya sebagian kecil saja dari 1 miliar alasan untuk menolak kehadiran anak-anak dalam pekerjaan kita. 
Yah pengenya orang tua sih udah lah anak-anak tuh main saja yang lain atau nonton saja, liatin cara kerja yang bener. Nah nanti kalau udah gede dan bisa kerja bener baru anak-anak bantu yang rajin. Kalau masih balita mah....gak usah saja lah. Malah nambah-nambahin kerjaan. Itu maunya orang tua.
Masalahnya anak-anak tidak belajar dengan begitu. Anak-anak diciptakan punya rasa ingin tau yang super-super tinggi. Mereka adalah bahluk pembelajar yang paling super. Segala hal di sekitarnya selalu menarik perhatian mereka. Membuat mereka ingin mendekat, meraba, mecium, maengecap dan mencoba apa yang mereka bisa jangau. Ini adalah modal paling besar yang dianugrahkan Allah pada manusia. 
Sadar hal itu, saya jadi berpikir apa mungkin anak-anak belajar untuk membenci pekerjaan-pekerkjaan rumah itu dari sikap orang tua? Bisa jadi, sangat mungkin atau memang beigtu adanya. bisa jadi untuk pekerjaan lain juga. Sering kali pengalaman buruk pada sebuah peristiwa tertentu menghambat seseorang untuk belajar hal tersebut. Dan sebaliknya pengalaman yang sangat positif pada suatu hal sering memudahkan seorang anak untuk belajar dan mencitai hal tersebut.

To be continues


Kamis, 27 November 2014

Hal hal Penting Untuk Dipelajari Ayah Baru

1. Mengganti Popok

Mungkin saja istrimu terlalu lelah untuk bangun karena sudah tak tidur semalaman. Jadi jangan sampai untuk ganti popok saja kamu gak bisa. Kamu belum layak jadi ayah kalau gitu. Jangan ada alesan gak bisa. Semua keterampilan itu bisa dipelajari. Jadi selamat bagi yang sudah bisa mengganti popok. Dan bagi yang belum tidak ada kata terlambat untuk mulai belajar. Kecuali memang anaknya tidak dipakain popok kain, tapi kasihan kalau langsung popok pabrikan biasanya bayi awal jadi timbul ruam. Lagi pula popok kain memperbanyak intensitas kita menyentuh anak dengan sering gantiiin popok. 


2. Memahami bahasa bayi
Bahasa bayi cuma dua nangis sama ketawa :). Ketawa artinya bahagia dan dia baik-baik saja. Tapi nangis bisa banyak artinya. Lapar, sakit, mau dipeluk, kedinginan dll. Cari tahu apa sebabnya dan berikan apa yang memang diperlukan. Ayah harus tau itu!
3. Cara menyuapi
Ada kalanya bundanya anak-anak repot. Dan anak kita lapar. Ayah tidak boleh tinggal diam melihat situasi itu. Harus bisa lah bro menyuapi anak. Soal seluk beluk suap menyuapi anak ini gak semudah kelihatanya lho! Enam bulan pertama sih ayah bebas tugas menyuapi (khusnya yg ASI yah yg tidak perlu pakai menyiapkan susu botol karena langsung lep dari bunda hehe). Kadang anak kita susah makan. kalau sudah ini situasinya jangan sampai kita nyerah tapi juga jangan maksa anak sambil marah-marah. Malah bikin trauma. Kita harus belajar caranya agar anak kita mau makan. Tukar pikiran ma bunda, tanya-tanya teman atau belajar di internet tidak ada yang melarang. Tapi ingat yg penting praktek yaaa!!!!

4. Cara memandikan 
Kadang ayah baru takut untuk mencoba. Tapi tahukan acara memandikan bayi itu kalau sudah bisa teramat sangat asyiiiik lho. Meski kadang kalau lihat malah ngeri hehe. Takut kecebur atau terpeleset bayinya. Tapi asli ini seni yang asyik. apa lagi kalau baby kita enjoy dan tertawa-tawa. Tambah bahagia lah kita. Bunda bahagia, ayah bahagia baby juga. Jadi kalau semua bahagia kegiatan ini harus dicoba. Latihan memandikan bayi. Jangan ada alasan gak bisa, takut dll. 

5. Cara bermain bersama anak
Jangan salah! bermain bersama anak itu peting lho. Ayah baru harus siap belajar bagaimana cara bermain yang asyik bersama anak. Jangan sampai cepat bosan atau malah membosankan buat anak. Tapi jangan sampai juga membuat anak premisif apa-apa boleh. Bermain adalah waktu terpenting untuk mendidik anak-anak. Jadi pelajarilah cara bermain yang biaik dengan anak2. Insha Allah kelak mereka anak jadi anak sholih yg berbakti padamu wahai ayah :).

Hmmm...mungkin sebenarnya masih banyak yang harus dipelajari tapi bersambung ya...udah malem ni hehe :)




Satu Hari Menjadi Ayah Full Day

Kemarin Uti sakit, Dirawat di PKU selama dua hari Terpaksa bunda harus menunggui di Rumah Sakit. Dan artinya anak-anak harus ditinggal lebih lama oleh bunda. Karena sangat riskan dan bahaya kalau anak-anak harus diasuh di RS. Lagian repot kan kalau harus mengurus orang sakit sambil bawa anak. Padahal rencananya ayah mau ada training di Magelang. Tapi apa sih yg lebih penting dari anak? So ayah batal deh ke Magelang. Dan jadliah ayah di rumah sehari semalam penuh.
Kegiatan pertama kita keliling-keliling kampung pake motor. Itu sudah jadi ritual pagi. kegiatan wajib hehe. Ayah gak bakal bisa ke kantor kalo ritual itu belum terjadi. Terus kita main di luar periksa sayuran yang ayah tanam. Karena musim hujan kita cuma beresin pot yang terlalu banyak kesiram hujan biar sayurannya gak busuk. Kalau biasanya sih siram-siram. Kalau sekarang gak perlu, udah basah kuyup kena hujan. 
Puas main di luar sama tanah dan tanaman, selanjutnya kita masuk ke ruang dapur kotor menyapa si Mumut dan si Mimit. Kasih makan mereka. Ih rakuuus banget dua marmut itu hi hi hi. Sehabis itu mandi...mandi..... Rebus air dan tara ember besar buat renang berdua siap :). Hiro dan Hirmi asyik main air hangat sama bola-bola. Ganti baju dan santai sejenak lihat Marsha di tv sembari ayah siapin mamam buat mereka. Adek Hiro gak suka tv jadi dia main mainan di kardus. Kakak jadi ikut-ikutan ditumpahkan semua mainan sekardus. Byaaaaaaar. Rumahpun jadi lautan mainan he he he berantakan tingkat tinggi. Hehehe ayah cueeeek aja. Gak papa yg peting aman sentosa damai tanpa prahara. Cukup!
Selepas dzuhur bunda datang. Kaka Hirmi ma Adek Hiro minta mimik susu. Lalu bobo deh. 
Sorenya bunda ke tempat Uti lagi. ADek agak nangis tapi setelah bunda pergi dia main lagi. Ayah bikin agar-agar ma goreng telur buat camilan dan makan malam. Alhamdulillah semua mau makan. Meski makanya laksana entah apa namanya....yang penting hepiiii :).
Selepas shalat isya Adek Hiro mulai nangis cari bunda. Mungkin setengah jam. Kecapekan lalu berhenti nangis main lagi. tapi terus nangis lagi. Ngantuk! dikasih mimik susu botol maunya cuma dikit. Cari bunda terus. Akhirnya ayah gendong. Terus bobok. Bunda datang jam 8.30. Kakak ma adek dah bobok. 
Baiklah...hari yang agak melelahkan? Gak juga hepi banget malah.... LOVE this moment!
Alhamdulillah bisa menikmati mengasuh anak. Luar biasa bahagia :)

Rabu, 26 November 2014



Hirmisal Haramisah Hilman

Dialah ajaibku
Dialah penuh cintaku
Lihatlah lelap tidurnya
Laksanan purnama yang benderangnya emas merona
I love you

Jumat, 27 Juli 2012

Sebersit Gumam

Perasaan ini campur baur. Aku tak tahu yang sebenarnya. Sedih dan bahagia. Sedih karena aku baru menyadari ini semua bukan miliku. Ini semua bukan mimpiku. ini mimpi dia. ini mimpinya. Aku hanya sebatang pion dalam permainan catur. Semetara aku merasa menjadi seorang master yang berhak untuk mengatur strategi permainan. oh aku baru sadar! Aku salah! aku hanya sebatang pion. Yah hanya sebatang pion yang tak berhak bergerak jika sang master tak memindahkanku. Aku seperti bangun dari mimpi! Aku adalah hanya sebatang pion catur. Aku bukan master. Bahkan aku bukan pemain ingusang. Hanya pion. Pion tak berhak bicara! Pion tak berhak didengar! Pion tak berhak bergerak! Pion tak berhak apapun kecuali menunggu sang master memindahkannya dari satu posisi ke posisi yang lain. Sudah! Aku bahagia. Purna sudah urusanku. Ringan sudah bebanku. Hilang sudah semua gundah resahku. Aku bahagia. Allah membangunkanku lebih awal. Ia membuatku terjaga sebelum semua terlambat. Allah membangunkanku sebelum aku kehabisan waktu untuk bekerja. Mimpi-mimpi indah itu telah pergi. Saatnya aku menghadapi hari yang sebenarnya. Hari-hari penuh kerja dan usaha. untuk ruh dan jiwaku. untuk cinta dan bahagiaku. Aku bahagia. Karena Allah membangunkanku lebih awal.