jejak langkah

Senin, 05 Maret 2012

Langkah Kecil

Sebenarnya kesempatan Faris untuk mewujudkan cita-citanya itu sudah datang padanya beberapa kali. dulu waktu kelas satu ada seleksi penyiar diradio yang cukup terkenal dijogja. tetapi waktu itu Faris belum berani ikut. lagi pula dia kan baru ikutan rohis disekolah. sedang yang ikutan seleksi penyiar radio? jangan tanya deh...anak-anak kaya mana yang ikutan. bukan Faris alergi sama anak-anak yang ngaku-ngaku paling gaul itu. cma rasanya Faris belum tepat gabung sama mereka. Faris ingin tahun pertama sekolahnya ia mendapat teman yang bisa membawa kebaikan. tentu saja dirohis pling tepat. (deu...yang promosi!) dikelas dua malah banyak lagi kesempatan itu. beberapa radio dijogja sengaj a cari penyiar-penyiar muda dari SMU-SMU. tahun 2002 dijogja kan booming kemunculan radio baru. seperti jamur dimusim penghujan. mereka bersaing untuk merebut hati pendengarnya yang para ABG itu. tapi waktu itu Faris juga lagi sibuk dirohis. kelas dua kan dia menjabat sebagai ketua rohis. pernah sih coba-coba ikut seleksi. tapi karena amanah yang lebih pentingdirohis ahirnya Faris gagal mengikuti beberapa tahap seleksi. belum lagi grup nasyidnya yang emang memerlukan banyak perhatian darinya. tanpa latihan dan manajemen yang baik, grup nasyid seringnya cepet bubar. asli, terlalu sibuk kalau ditambah kegiatan yang lain. tapi dikelas tiga akhir, ternyata waktunya cukup luang. segala jabatan sudah ia lepas. tim nasyidnya juga sudah regenerasi. ebtanas sudah selesai. tinggal ujian masuk peruruan tinggi negeri saja yang Faris tunggu. belajar juga tidak terlalubanyak. Faris sudah siap-siap menghadapi itu sejak awal masuk kelas tiga. jadi Faris merasa baik-baik saja. dan tidak terlalu bermasalah. percaya diri nih ceritanya. lalu kesempatan emas itu datang. ada radio baru dijogja yang lagi seleksi penyiar. radio anak muda. “wah, bisa pas nih dengan misiku, batin Faris. jadi apa salah nya jika ia mau mencoba mewujudkan cita-citanya yang sudah dua tahun tertunda itu? apalagi setelah diskusi sama mas Hafid dia sangat mendukung. tapi halangan dilangkah awal itu selalu ada. baru saja Faris mendaftar mau ikutan seleksi jadi penyiar, gelombang protes sudah banjir. terutama dari teman-temannya yang sesama anak rohis. entah siapa yang telah membocorkan rencana rahasia Faris ini. dia tahu, kalau dia secara terang-terangan menampakkan diri ikut dalam seleksi penyiar radio, demonstrasi besar-besaran anak rohis bakal terjadi. makanya Faris sembunyi-sembunyi. diam-diam saja. tiba-tiba gerombolan anak rohis mendatanginya disuatu pagi yang cerah, didepan mushalla saat Faris bareng Pandu, temannya dikels dan rohis baru saja selesai sholat dhuha. “ris, tuh lihat pasukanmu menuju kemari. ada acara apa?” tanya Pandu heran. segerombolan akhwat rohis al-karim, rohis sekolahnya Faris di SMu bakti, datang menuju musholla. “tidak tahu tuh! tapi kayaknya menuju kemari. ada apa ya?” Faris balik tanya. yang ditanya menggeleng keras. “yee...mana aku tahu. kamu saja yang ketua gank Al-karim tidak tahu. apalagi aku,” protes Pandu. Faris nyengir.”iya ya, lupa aku!eh mereka sudah dekat tuh. Tapi kayaknya mereka mau ketemu aku deh. Bukan ge er sih, he he!” “ huh sok dicari kamu. Sok seleb,. Awas hati-hati, kamu mulai main api sama akhwat. Kebakaran jenggot tahu rasa kamu! Jaga hati, jaga mata. Kena jebakan setan tahu rasa!”Pandu mengingatkan. Iya pak ustadz.makasih tausiyahnya. Aku kan cuma bercanda. Tapi...eh, lihat! mereka benar-benar kearah kita kok. “ sebelum Pandu dan Faris bereaksi lebuh lanjut. akhwat-akhwat itu sudah mengucap salam. Pandu dan Faris segera menjawab dengan serempak. “wa’alaikumsalam warohmatulloh wabarokatuh!” setelah situasi cukup nyaman untuk berbincang salah seorang dari akhwat itu membuka pembicaraan “afwan ris ...ana mau tabayun sama antum. Kemarin ana dengar kabar kalau antum mau ikut seleksi penyiar radio jivo itu yah?”tembak rina, tanpa ampun. Matanya agak besar tajam menatap Faris galak!Pandu bengong. Mbak menatapnya jangan lama-lama, gozul bashor dong. Lama-lama ditatap kan bisa menimbulkan ge er, batin Faris.(dih ini anak, diseriusin masih juga bercanda). “Kamu tahu dari mana rin?”jawab Faris. Wajah imutnya masih menyisakan cengiran jahil. “yang nagsih tahu itu tidak penting. Yang penting sekarang, benar tidak berita itu. Ini menyangkut kredibilitas rohis Alkarim dihadapan adik-adik kelas kita nanti. Terutama yang baru tertarik dengan rohis.”jawab wulan, Rina, lina, dian, dan nia mengangguk mengiakan. “wah ris, kamu jadi penyiar. Kok tidak bilang-bilang aku. Siapa tahu aku bisa ikut, “celetuk Pandu sok kaget. Akhwat-akhwat itu tambah melotot. Pandu jadi mengkerut syeremm booo! “ ris, antum itu mantan ketua rohis, masa mau jadi penyiar radio gaul kayak gitu. Nanti bagaimana kalau kamu disuruh mandu acara yang tidak syar’i. Apalagi nanti lagu yang diputar juga bukan nasyid,” protes wulan. Iya ris, bagaimana nanti citra rohis dimata adik-adik kita. Alumni rohis alkarim kerjaannya jadi penyiar radio yang jelas-jelas tidak syar’i. Mantan ketuanya lagi!” timpal lina. “sebentar-sebentar ibu-ibu, jangan terbawa emosi gitu dong. Sabar...tenang...tenang...!tarik nafas, lalu mari kita dengarkan penjelasan dari saya, OK?!” pinta Faris masih dengan santai dan bercanda, yang diajak bercanda dingin-dingin saja. sebel kali! Faris tidak mau serius. “ris, ini masalah serius. Jangan bercanda dulu. Bungkus tuh bercandanya disaku celanamu!”ujar nia dengan muka serius. Tapi yang lain malah pada ketawa. Lha iya, muka Nia boleh serius. Tapi kalimat yang keluar bikin orang pengen ketawa. Nia dicubit Lina. Nia segera diam campur bingung. “ begini teman-teman, saudar-saudaraku, terus terang sebalum ini aku memang merahasiakan rencana itu. Mohon maaf sebelumnya. Lagian buat apa aku kasih tahu ke orang-orang kalau aku ikut seleksi jadi penyiar radio. Iya kalau diterima, kalu tidak?bisa malu kan. Itu pertama. Bukan bermaksud menutup-nutupi kok. Yang kedua, setelah aku lihat dari acara yang ditawarkan aku melihat acaranya cukup bermanfaat untuk kita semua. Acaranya khusus untuk anak-anak SMU seusia kita. Bahasanya juga seputar pelajaran pengetahuan umum. Jadi aku pikir mengapa tidak?kalau aku bisa jadi penyiar, aku kan bisa sekalian promosi kegiatan rohis kita. Terus, siapa tahu aku bisa mengurangi cap eksklusif rohis kita ini dari pandangan teman-teman diluar kita. Kita bisa tunjukkan ke mereka-mereka, yang menganggap kita tidak gaul bahwa :’kita juga bisa gaul” jadi penyiar asyik saja, Ok!’kan bisa lumayan tuh. Begitu maksudku. Gimana bisa diterima,?”Faris melihat wajah teman-temannya satu-satu. Serius ni yee mikirnya. Batin Faris. Kening mereka berkerut semua. Cuma nia yang kelihatan tak acuh. Kalau dia mungkin kapok, soalnya pembicaraan dia yang sudah sebegitu seriusnya masih dianggap lelucon juga. “ tapi ris, bagaimana dengan lagu-lagu yang tidak islami itu?”tanya wulan. “aku juga belum tahu persis. Acara itu. Bentuknya kayak apa. Aku baru ikut tahap seleksi pertama. Tapi kalaupun harus terpaksa ada, kan tidak lebih banyak dari acara yang bermanfaatnya. Nanti kalau aku sudah jadi penyiarnya, siapa tahu bisa memasukkan lagu-lagu nasyid. Biar kayak dimalaysia nasyid dan lagu pop disana sudah sejajar. Jadi dimanapun dan kapanpun acaranya nasyid boleh diper dengarkan, aku kan baru mencari celah dakwah. insyaAlloh. Jadi belum banyak plihan. Begitu!” “ tapi pilihan dakwahmu sangat beresiko Ris, “ungkap rina. “lho kalau kita selalu takut dengan resiko, kapan kita akan mulai sebuah perluasan dakwah. kalau kita hnaya berkutat didaerah aman mana bisa kita mengajak saudara yang kita sering menganggapnya sangat jauh dari islam itu untuk mengenal islam. Memang resikonya berat. tapi resiko itu harus coba kita hadapi. Nah disitulah aku perlu dukungan saudara-saudaraku yang sudah banyak paham tentang islam. Untuk tetap menyeimbangkan lingkunganku. agar aku tetap terjaga dari khilaf, lupa, fitnah. saling jagalah, bagiamana?”Faris terlihat lega, sudah menjelaskan semuanya. “ya, kalau memang niat antum begitu, syukur. Kami juga berusaha mendukung semampunya. Tapi tetap waspada. Karena seringkali niat lurus hati kita berbelok ditengah jalan. Itu berbahaya,”ingat rina. Yang lain mengamini. Pandu yang dari tadi hanya menjadi pendengar setia pun manggut-manggut. Entah ngantuk entah bingung. “eh, ngomong-ngomong, tahu dari siapa aku ikut seleksi jadi penyiar Jivo?”Faris menyelidik kembali masalah yang tadi hampir terlupakan. “aku tahu dari adekmu. Eva kan sering main sama adikku Nio, jadi dia juga agak dekat sama aku.” Nia mengaku.”dia sering cerita tentang keluargamu kok. Mulanya aku tidajk tahu kalau Eva itu adek mu eh, tapi itu bener adekmu?wah kenapa bisa amburadul begitu yah?”tanya nia polos. Yang lain mengulum senyum Faris terlihat agak malu. walaupun aga jahil bin usil Faris kan ikhwan tulen. Makanya agak malu kalau mengingat Eva adik kandungnya itu. Selama ini dia jadi aktivis rohis.sibuk dakwah diskolah. Mengajak teman-teman untuk mengenal islam, eh adek malah belum dekat dengan islam. dipikir-pikir Faris kaya Abah juga. tapi Faris sudah bertekad kok, Faris akan terus memperhatikan adik semata wayangnya yang baru beranjak menemui dunia remajanya itu. tentu, suatu saat Eva juga harus lebih mengenal islam. Jangan sampai kejadian deh, bapaknya ustadz anaknya preman. Tidak itu tidak boleh terjadi.! “oya,…Faris malah bengong!” nia menegur Faris yang sedang asyik memikirkan adeknya yang nyentrik itu. “o…Eva?emang dia itu agak bandel. Tau nih ketuaran siapa?” “ketularan siapa ya? Ya ketularan kakaknya paling. Eva sering bilang, mas Faris sukanya Cuma nasehatin. tapi mas dimintain tolong mas Faris pasti lagi sibuk. Tidak mau diganggu. Ultah Eva aja lupa.’ Nah lho, gimana tuh adikmu ris?”jelas nia. ”ya sudah kita tukeran adek saja. aku jadi kakak nio, kamu jadi kakak Eva.”usul Faris setengah bercanda,.”tapi sebenarnya aku juga resah melihat Eva. Sejak masuk SLTP agak sulit diatur. Ya sudah aku minta tolong kamu deketin dia ya!”pinta Faris pada nia. siapa tau dengan pendekatan kakak yang sama-sama perempuan Eva bisa nyambung, moga saja. ”insyaAlloh”angguk nia. ”malah jadi membicrakan masalah keluarga.semua kan sudah jels.mari kita bubar” usul rina. lalu mereka segera bubar dari musholla.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar