jejak langkah

Senin, 04 Oktober 2010

Luqman Al Hakim Song

By: Fely Hilman
Luqman Al Hakim International
Integrated Islamic Primary School
The School where we grow
The School where we learn
All about Islam and life

We read….we know
We see and think
We hear… we do
We play and smile

We feel we love
We care and help

With Luqman Al Hakim
We grow to be the best muslim

Selasa, 21 September 2010

Kembali ke Sekolah

Musim libur lebaran sudah berakhir. Saatnya kembali ke sekeloah. bercengkarama dengan hiruk pikuk anak-anak yang beraneka warna. Ceria, lucu, manja, gemesin, cerewet, malas, usil, hiperaktif, menguji kesabaran, dll.
Bahagia rasanya bisa bertemu mereka kembali. bersama anak-anak ada banyak hal yang bisa ku pelajari. sejujurnya bukan anak-anak yang belajar dariku. aku merasa merekalah yang banyak mengajariku banyak hal.
Mereka yang mengajariku apa arti cinta yang tulus. mereka mengajariku tetang jujur pada diri sediri. mereka mengajariku sabar. Mereka mengajariku mengerti dan memahami.
Ah mata bening mereka yang tanpa dosa selalu bicara banyak hal. Pikiran, perasaan, tingkah laku dan kreatifitas mereka kadang luar biasa. bahkan kadang tak dimengerti orang dewasa. Mereka adalah cermin bagiku.
Allah terimakasih untuk pertemuanku dengan mereka. moga anak-anak itu kelak menjadi manusia-mansuai solih dan solihah yang mengangkat harkat dan martabat umat di bumi ini. amin

Sabtu, 04 September 2010

Warisan Untuk Anak Cucu

Oleh : Fely Hilman
Suatu hari saya sedang nonton acara sebuah televis. Acara itu membahas tentang berbagai pencemaran dan perubahan di bumi. Didalamnya menayangkan sebuah pulau kecil di Jepang yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat yang sudah tua dan lapuk. Kemudian pembawa acaranya mewawancarai seseorang yang ternyata sudah tinggal sejak ia lahir hingga ia menjadi tua. Orang yang menjadi narasumber itu bercerita betapa pulau itu dulunya begitu ramai oleh penduduk. Hiruk pikuk tambang pernah menghiasi pulau itu. Orang Jepang yang dulu pernah tinggal di pulau itu mengangap pulau itu adalah pulau masadepan. Pulau yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu mereka. Samapi suasana mulai berbalik seiring habisnya sumber daya yang dimiliki pulau itu berupa batu bara. Pulau itu pun mulai ditinggalkan. Gedung-gedung pencakar langit yang merupakan hunian para pekerja tambang yang dilengkapi oleh perlengkapan mewah masa itu seperti kulkas dan aneka perabotan elektronik paling mutakhir pada masa itu kini telah berubah menjadi gedung tua yang ditumbuhi alang-alang dengan sisa fasilitas yang pernah ada yang kini menjadi sampah yang tak berguna.. Gelar pulau masa depan itu kini sudah berlalu, seiring dengan sumber daya alamnya yang terkuras habis dan manusianya yang meninggalkan sisa-sisa aktifitas yang dulu pernah ada.
Beruntung orang-orang di pulau itu masih punya pilihan untuk bisa meninggalkan pulau itu. Bayangkanlah jika itu yang terjadi pada seluruh bumi kita. Sementara sekarang ini manusia sedang asyik mengeruk kekayaan alam bumi tempat manusia berpijak. Minyak bumi terus menerus dikuras dari perut bumi, yang hasil olahannya dipakai oleh kendaraan-kendaraan pribadi yang memproduksi CO2 yang kian memanaskan bumi, semetara hutanya ditebangi demi mencari kayu untuk pintu dan jendela rumah, tanah-tanah – tempat air hujan meresap ke dalamnya- kini telah mejadi tumbuhnya gedung-gedung dan rumah-rumah mewah, luas, megah tapi nyaris tak berpenghuni. Sementara penduduk bumi semakin padat berisi mansuia yang gemar memproduksi sampah-sampah yang entah akan dibung ke mana lagi. Sampah pelastik,sampah organik, sampah elektrodik, sampah otomotif, entah sampah apa lagi. Bumi mulai terkubur barang-barang tak berguna atau barang setengah berguna yang pemiliknya sudah tak sudi memakainya.
Jika orang-orang Jepang di pulau kecil itu masih punya nasib baik karena masih punya kesempatan untuk berpindah dari pulau yang tak bisa memberi kehidupan lagi, bagaimana mansuia di seluruh bumi ini jika suatu saat kenyataanya bumi sudah tak layak lagi untuk di huni. Tak ada lagi sumber daya alam, tak ada lagi hutan, tak ada lagi tempat air meresap ke dalam tanah, tak ada lagi tempat yang bersih dari sampah, tak ada lagi udara bersih yang dipenuhi oleh oksigen, tak ada lagi tempat binatang untuk hidup liar, tak ada lagi lautan bersih karena sudah berubah menjadi lautan sampah. Apa yang akan terjadi?
Memang suatu saat akan ada kiamat di mana bumi akan hancur lebur berkeping-keping. Tapi kita tak pernah tahu kapan kiamat akan terjadi. Sedang di kehidupan mendatang anak cucu kita akan hidup dengan warisan yang kita buat di bumi. Jadi layakah kita mewariskan bumi dengan sisa-sisa ketamakan kita?

Hari Ini Muna Bernyanyi

Oleh :Fely Hilman
Hari ini saya teramat sangat bahagia. Bukan karena saya mendapat uang banyak. Bukan pula mendapat hadiah mahal apa lagi mewah. Hari ini teramat indah, tapi bukan karena langit cerah. Hari ini saya teramat bahagia karena menyaksikan anak murid saya, Muna bernyanyi riang sembari bercerita tetang ayam yang ia lihat di buku yang ia pegang.
Muna bernyani, apa istimewanya?
Muna yang masih duduk di bangku kelas satu SD ini memang sedikit berbeda.Kata orang tuanya Muna memiliki sedikit masalah emosi. Wujudnya di sekola ia mudah cemas, takut bila melakukan kesalahan. Bila ia lupa tidak membawa sesuatu ia anak menangis histeris. Bila terlambat shalat dan tertinggal oleh teman-temanya, ia juga menangis keras seperti telah melakukan kesalahan besar yang tak termaafkan. ”Muna tidak mau terlambat! Muna tidak bisa shalat sendiri!” ungkap Muna sembari berlinangan air mata. Jika merasa marah atau sedih, ia tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Yang timbul keluar kemudian juga tangisan dan jeritan.
Secara kognitif Muna sebenarnya sangat luar biasa. Cobalah tanya Muna tentang tumbuhan atau hewan, pasti ia akan sangat pasih menjelaskan secara detil dari ciri-ciri dan asalnya. Tanya lah juga tentang dinosaurus ia bisa menyebutkan nama-nama dino yang aneh itu lengkap dengan ciri dan karakternya.
Masalahnya kecerdasan Muna itu tidak didukung oleh keterampilan Muna berkomunkasi dengan anak-anak sebayanya. Muna yang biasa melalap buku-buku kakakinya yang sudah tingkat SMP ternyata punya kebiasaan berbicara dengan bahasa persis seperti buku yang ia baca (baca; bahasa yang sangat formal). Akibanya Muna juga memiliki masalah komunikasi dengan tema-temanya. Teman-temannya sering kali tidak faham dengan topik pembicaraan atau pun kata-kata yang Muna gunakan. Akibanya Muna sulit sekali berinteraksi secara aktif dengan teman-temanya. Dan temanya pun jadi kesulitan dalam berteman denga temanya.
Hal tersebut membuat Muna terlihat pendiam di kelas, cenderung pasif dan tak banyak berkomunikasi.
Tapi hari itu ada kejadian yg menakjubkan. Muna bernyanyi. Dan yang ia nyanyikan adalah pengetahuan dia dengan lagu karangan sediri dan begitu ilmiah. Subhanallah...semua teman-temanya duduk mengelilinginya. Terkagum-kagum dan mulai meniru nyanyian Muna. Muna yg biasa pendiam dan menyediri itu tiba-tiba menjadi primadona di antara teman-teman putrinya. Semua teman-temanya antusias dan kagumg dengan kemapuan Muna mengarang lagu dan menyanyikanya.
Ah Muna...semoga semakin banyak potensimu yg bisa terungkap. Dan nyanyianmu di perpustakaan adalah langkah awal yang teramat baik agar duniamu lebih terbuka lagi.
Sepenuh cinta untuk Muna

Senin, 03 Agustus 2009

Bagian yang Tak Pernah Aku Sangka

“Guru harus siap dengan skenario kemungkinan terburuk!” tegas Ustad Kamto saat mengisi pelatihan guru beberapa bulan lalu. “Apa kiranya kemungkinan teburuk itu?”, tanyaku dalam hati. Belum terbayang apa yang akan terjadi dengan murid-muridku nanti.. Maklum lah aku hanya seorang guru baru yang jauh dari punya pengalaman. Hanya sebuah tekad.
Setelah berhadapan langsung beberapa bulan saja, aku mulai faham dan mengerti. Di awal sekolah anak-anak belum saling mengenal satu sama lain. Termasuk aku yang belum mengenal karakter dari anak-anak muridku. Ini adalah masalah tersendiri. Anak-anak jadi sangat sensitif dan belum saling menyesuaikan satu sama lain. Di minggu-minggu awal murid-muridku kerpa sekali bertengkar. Ada saja yang setiap harinya memukul dan dipukul temanya. Sibuk dengan mendamaikan, menenangkan yang marah atau menangis sekaligus juga harus mengatur situasi kelas yang masih belum terkendali.
Capek luar biasa! Itu yang bisa aku rasakan di awal-awal aku mengajar. Tidak hanya capek fisik, tapi juga capek pikiran. Kadang terbersit rasa khawatir apa aku bias sabar? Belum lagi menghadapi orang tua murid. Bukannya tanpa masalah. Menjadi guru tanpa pengalaman membuat aku kerap grogi bila harus berhadapan dengan orang tua murid. Apa lagi berbagai kasus pertengkaran yang terjadi di dalam kelas membuat orang tua murid bertanya-tanya ini dan itu.
Belum lagi bila anak-anak tak jua kunjung mendengarkan apa yang dikatakan. Bukanlah hal yang mudah ketika harus menghadapi kenyataan anak-anak lebih asyik mengobrol, membuat kapal terbang dari kertas, atau berlari berkeliling di kelas atau melakukan hal lain dibanding mendengarkan aku mengoceh, mendongeng atau bernyanyi. Rasanya ingin saja meledak dan berteriak. “Dengaaaar!” Tapi tentu saja itu tak mungkin. Aku harus berfikir dan berusaha kreatif menarik perhatian mereka agar mau belajar dan mau mendengar. Sabar…..sabar…..sabar….sabar…! Itu yang paling bisa aku lakukan.
Masalah kelas itu belum seberapa. Guru kelas satu tidak hanya harus menghadapi masalah kelas yang menguras tenaga. Tapi juga masalah lain. Satu di antaranya adalah urusan toilet. Satu persatu masalah itu bermunculan. Ada anak yang tidak berani bicara bila harus ke belakang dan tiba-tiba sudah bocor duluan. Ada pula yang belum bias membersihkan didinya sediri. Ada yang belum tau kalau habis ke belakang itu harus dibersihkan wc nya. Ada yang terlalu keras ikat pinggangnya hingga celananya tak bias dibuka dan pipis di celana. Bahkan ada yang sakit perut dan buang air di celanan tanpa bisa ditahan. Semua harus aku hadapi dengan sabar sebagai guru kelas satu.
Menarik nafas panjang dan dalam untuk mengumpulkan kekuatan, itu yang bias aku lakukan. Dalam hati aku hanya bias berdoa, moga ini jadi amal baik bagi hidupku. Aku jadi teringat guru-guruku di SD dulu. Mungkin dulu juga mereka merasakan repot seperti aku. Yah…tiba-tiba aku ingin sekali berterimakasih kepada guru-guru TK dan SD ku dulu. Semoga Allah menyayangi mereka semua. Amin

Upacara Gaya Kelas 1 SD

Hari sekolah sudah dimulai lagi. Libur lebaran telah berlalu. Kami para guru tentu saja selalu ingin menghadirkan pengalaman baru untuk anak-anak kami. Setidaknya itu yang ingin kami hadirkan saat memutuskan untuk menggelar uacara bedera hari Senin kemarin.

Bagi sekolah lain upacara bedera mungkin sudah menjadi rutin dan biasa. Tapi bagi sekolah kami yang baru, hal ini adalah hal yang isimewa. Unuk itu kami memperisapkan beberapa hal sehari sebelumnya. Perangkat dan pembagian tugas teknis kami bagi antar guru sehari sebelumnya. Untuk memudahkan kami menunjuk langsung siapa saja yang anak jadi petugas upacara. Saya dan ustadah Wening kebagian melatih anak-anak yang menjadi petugas. Sedang ustadah lain menemani anak-anak yang lain di kelas.Singkat cerita latihan pun selesai dan saatnya melakukan upacara.

Seluruh petugas pun sudah bersiap dengan segala tugasnya yang telah dilatih. Begitu juga pasukan sudah mulai bersiap di barisan masing-masing.

Di situlah kejanggalan pun mulai terjadi. Gagas yang ditunjuk menjai pemimpin pasukan kelas Y1B putra terlihat terlalu terobsesi dengan jabatanya. Setelah mendapat perintah untuk menyiapkan pasukanya itu ia terus berteriak-teriak memerintah teman-temanya yang tidak mau beres terus. Dengan galak ia membentak “Weey rapi!” teriaknya lantang dan berulang-ulang. Ia hilir mudik depan belakang memeriksa dan memastikan pasukanya rapih. Samapi upacara mulai ia masih saja berteriak dan hilir mudik menyiapkan pasukanya yang tetep cuek bebek tidak mau beres. Suara Indi yang menjadi MC yang mulai mebaca acara pun tak ia pedulikan. J

Lain Gagas lain lagi Rizqi. Ia malah kebalikan dari Gagas. Setelah MC meminta meniyapkan pasukan Rizqi masih saja diam. “Ayo Rizqi siapkan pasukanya” saya mengingatkan. Rizki masih cuek saja. Pasukan kelas Y1A pun amburadul tak karuan. Sementara itu Naufal yang menjadi komandan Y1B putri malah menjauhi pasukanya. Hanya barisan Lutfia yang tidak ada keanehan. Ia memimpin barisan Y1A putri.

Setelah Ustad dan Ustadah bekerja keras membuat beres pasukan mereka akhirnya upacara agak berjalan lancer. Amri memasuki lapangan upacara. Ia bertindak sebagai pemimpin upacara. Pembina pun telah diminta menempatkan diri oleh MC.

Saat Pembina upacara mulai memberikan petuah, anak-anak mulai berterika ”Capeeek ustad….capek…!” Mula-mula petugas pembaca ikrar siswa, dirigen kemudian MC sediri meminta istirahat. Dan selanjutnya yang paling parah adalah komanda upacarap yang sedang bertugas pun mulai mengeluh capek dan minta istirahat. Saat Ustad Sofyan selelsai memberikan wejangan, anak-anak sudah berubah posisi menjadi duduk dengan barisan yang berantakan. Tetapi upacara tetap diteruskan hingga selesai.

Yah meski berantakan, ini adalah upacara yang cukup sukses…setidaknya anak-anak tidak lari meninggalkan lapangan :p