jejak langkah

Sabtu, 04 September 2010

Warisan Untuk Anak Cucu

Oleh : Fely Hilman
Suatu hari saya sedang nonton acara sebuah televis. Acara itu membahas tentang berbagai pencemaran dan perubahan di bumi. Didalamnya menayangkan sebuah pulau kecil di Jepang yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat yang sudah tua dan lapuk. Kemudian pembawa acaranya mewawancarai seseorang yang ternyata sudah tinggal sejak ia lahir hingga ia menjadi tua. Orang yang menjadi narasumber itu bercerita betapa pulau itu dulunya begitu ramai oleh penduduk. Hiruk pikuk tambang pernah menghiasi pulau itu. Orang Jepang yang dulu pernah tinggal di pulau itu mengangap pulau itu adalah pulau masadepan. Pulau yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu mereka. Samapi suasana mulai berbalik seiring habisnya sumber daya yang dimiliki pulau itu berupa batu bara. Pulau itu pun mulai ditinggalkan. Gedung-gedung pencakar langit yang merupakan hunian para pekerja tambang yang dilengkapi oleh perlengkapan mewah masa itu seperti kulkas dan aneka perabotan elektronik paling mutakhir pada masa itu kini telah berubah menjadi gedung tua yang ditumbuhi alang-alang dengan sisa fasilitas yang pernah ada yang kini menjadi sampah yang tak berguna.. Gelar pulau masa depan itu kini sudah berlalu, seiring dengan sumber daya alamnya yang terkuras habis dan manusianya yang meninggalkan sisa-sisa aktifitas yang dulu pernah ada.
Beruntung orang-orang di pulau itu masih punya pilihan untuk bisa meninggalkan pulau itu. Bayangkanlah jika itu yang terjadi pada seluruh bumi kita. Sementara sekarang ini manusia sedang asyik mengeruk kekayaan alam bumi tempat manusia berpijak. Minyak bumi terus menerus dikuras dari perut bumi, yang hasil olahannya dipakai oleh kendaraan-kendaraan pribadi yang memproduksi CO2 yang kian memanaskan bumi, semetara hutanya ditebangi demi mencari kayu untuk pintu dan jendela rumah, tanah-tanah – tempat air hujan meresap ke dalamnya- kini telah mejadi tumbuhnya gedung-gedung dan rumah-rumah mewah, luas, megah tapi nyaris tak berpenghuni. Sementara penduduk bumi semakin padat berisi mansuia yang gemar memproduksi sampah-sampah yang entah akan dibung ke mana lagi. Sampah pelastik,sampah organik, sampah elektrodik, sampah otomotif, entah sampah apa lagi. Bumi mulai terkubur barang-barang tak berguna atau barang setengah berguna yang pemiliknya sudah tak sudi memakainya.
Jika orang-orang Jepang di pulau kecil itu masih punya nasib baik karena masih punya kesempatan untuk berpindah dari pulau yang tak bisa memberi kehidupan lagi, bagaimana mansuia di seluruh bumi ini jika suatu saat kenyataanya bumi sudah tak layak lagi untuk di huni. Tak ada lagi sumber daya alam, tak ada lagi hutan, tak ada lagi tempat air meresap ke dalam tanah, tak ada lagi tempat yang bersih dari sampah, tak ada lagi udara bersih yang dipenuhi oleh oksigen, tak ada lagi tempat binatang untuk hidup liar, tak ada lagi lautan bersih karena sudah berubah menjadi lautan sampah. Apa yang akan terjadi?
Memang suatu saat akan ada kiamat di mana bumi akan hancur lebur berkeping-keping. Tapi kita tak pernah tahu kapan kiamat akan terjadi. Sedang di kehidupan mendatang anak cucu kita akan hidup dengan warisan yang kita buat di bumi. Jadi layakah kita mewariskan bumi dengan sisa-sisa ketamakan kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar